Khas ramadan yang di rindukan : Â Menu takjil yang tidak terlupakan
Oleh : Sayyid Jumianto
Ramadan bulan yang kami rindukan bulan yang penuh rahmat dan pahalanya itulah yang membuat kami selalu merindukannya dan selalu berharap menemukannya lagi bulan ini tahun depan ramadan yang penuh harapan dan penuh berkah untuk di jalankan sepenuh hati .
Ramadan tahun 2021 sangat istimewa dan sungguh tidka akan  kita bisa melupakannya seumur hidup karena ramadan tahun ini adalah ramadan kedua di masa pandemi corona yang mewabah seantero dunia yang menghantui dan membuat kegiatan ramadan sedikit terhambat dalam mejaankan secara khusuk
Terhambat secara psikologis dan secara protkol kesehatan karena harus patuh untuk tidak berkumpul walau tahun ini seudha bisa menunaikan sholat tarawaih bersama-sama tetapi masih ada rasa yang hilang yakni masih banyak yang terlupakan  dan dilupakan yakni kenangan panis  dan rindu suasan normal sebeum masa-masa pandemi ini.
Rindu pada canda tawa di masjid, mushola dan langgar  canda tawa sambil mengaji bersama dan menunggu menu takjil yang selalu membuat  tersenyum siapa saja yang menemukannya, rasa dahaga, lapar bisa sedikit terbati setelah menikmati menu takjil di masjid kami dan itulah yang aku rindukan di masa ramadan ini karena sekali lagi tahun ini berbeda suasananya masjid memang sudah sedikit ramai dengan ana-anak muda dan bapak-bapak muda , karena di masjid kami tidak boleh lansia dan anak-anak di bawah lima tahun untuk sholat berjamaah tarawih sebab corona masih mengancam keselamatan kami.
Terbayang waktu saya kecilÂ
Waktu saya kecil menu takjil sederhana banget menu ala kadarnya nasi dan lauk sekadarnya atau minuman teh yang  di bungkus plastik dan sedikit makanan sudah membahagiakan kami yang ikut berbuka puasa kala dulu waktu aku masih kecil.
Beda dengan sekarang menunya sudah kekinian bukan makanan olehan rumah yang disajikan bisa jadi ayam goreng dari merek terkenal dan minumannya serba botolan atau bukan plastikan lagi itulah yang mebedakan tetapi tetap sama yakni keikhlasan dan juga kerelaan untuk menyumbang menu takjil dengan niat ibadah adalah kesamaannya itulah yang di namakan berkah ramdan yang sebenarnya.
Beda dulu dengan sekarang
Menu takjil dulu sifatnya spontanitas dana siapa yang berkelebihan bisa menyumbang ke anak-anak yang mengaji waktu maghrib dan inilah yang dinamakan"spontan" karenanya bisa jadi banyak menu yang bisa kita pilih dan inilah nikmatanya waktu itu menu spontan buatan rumahan dan  sungguh nikmat karena menunya adalah buatan tangan  langsung.
Beda sekarang para penakjil sudah di data dulu dan daftar ini bisanya sudah bersama menu yang akan di sajikan dan juga waktu menakjilnya bersifat terencana dan sungguh membuatnya menunya semacam dan mereka bisa saja  pesan pada rumah makan dan makanan siap sajilah yang ada sekarang ada minumannya instan dan juga makanan instan yang mereka pesan dengan alasan praktis dan mudah di sajikan.
Anak sekarang  tentu tidak merasakan menu sego kucing ,teh sekantong plastik atau es teh, ketela godog dan mie bungkusa daun pisang  yang di buat ibu-ibu mereka dalam takilan itulah yang aku rindukan di ramadan tahun ini semua sudah terewat waktu karena sekarang emnu takjil lebih variatif dan mudah didapatkan tinggal telepon dan samapai dalam waktu seketika  itulah perbedaan menu takjil dan tetapi rindu takjil masa lalu adalah tetap rindu dan itulah yang aku simpan dalam hati ini sampai sekarang.
#masa kecil