Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal [34], Jalan Panjang Kebenaran #10

27 November 2020   13:24 Diperbarui: 27 November 2020   13:26 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumbal[34], Jalan pamjang Kebemaran #10

Sekali lagi tentang waktu ysng tidak akan pernah krmbali aku sadari itu. Suatu ketika tempat asing yang harus kami datangi untuk pastikan simbah ya kakek nenek kami berada, gedung tua yang sudah beralih fungsi, hutan jati angker yang sudah jadi tempat rekreasi inilah yang buat kami serasa tertinggal jauh dari informasi dan komunikasi, bahkan gua-gua penuh hantu dulu tempat eksekusi kaum kiripun sekarang jadi tempat rekreasi kekinian itulah nasib kami.

"Buku harian berpuluh tahun sudah beda dengan keadaan, gambaran kekinian,

"semua harus dicari dimana?" tanyaku pada sang kakak

"kita sekali lagi  mulai dari nol dan juga harus hati-hati melangkah karena predeksi bapakdi buku hariannya ini seakan menjadi nyata akhirnya nanti"kata kakak mulai serius dengan keadaan yang terjadi sekarang semua menjadi seperti aliran bah yang dapat menyeret apapun yang ada di laluinya tak terkecuali kita sendiri

Perubahan suasana kekinian  nampaknya membuat kakak berpikir dua kali untuk mencri kebenaran yang bapak tulis di buku hariannya sekali lagi jangan sampi terjebak dalam pemikiran sempit dengan mencari kesalahan beberapa pihak dan kebenaran menjadi kabur adanya bila hanya menurutkan emosi sesaat hari ini.

Ibu kota mulai panas dengan kembalinya para penyokong, pembangkang dan kritikus terhadap demokrasi di negeri ini menghangatkan media arus utama dan juga media elektronik adalah kenyataan yang tidak bisa kami tutupi juga.

Perseteruan dan  ketidak patuhan perseroangan dan kelompok kepada prosedur kesehatan penanganan covid 19 seakan diabaikan dan melanggar berbuah kerumunan yang menjadi cluster baru penyebaran corona itulah yang kami namakan hantu siang bolong dan harus sedemikian rupa coba kami hindarkan demi kesehatan kami berdua.

'data dan fakta bisa saja di samarkan " kata kakak padaku

" tetapi sebuah kenyataan tidak akan bisa terhapuskan oleh waktu yang membenarakan telah terjadi" kata aku menjawab kakak

"tumben kamu pintar, ini seprti tapa ngrame, bertapa di keramaian" kata kakak lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun