Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal [17] Flash back

27 September 2020   06:55 Diperbarui: 27 September 2020   07:00 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tumbal [17] Flash back

Bila waktu berputar aku baru  tahu masa kecil bapak adalah masa yang bahagia, juragan tembakau, julukan kakek nenek kami ada benarnya sekitar desa kami yang sejuk ini sebelum deret-deret rumah orang-orang kota itu datang adalah lahan subur yang penuh tanaman pertanian sekitar tahun 1960an dan sungguh juragannya pengepul dan pembuat rokok cerutu itu adalah nenek dan kakek kami, betapa bahagia bapak kala itu sebagai anak satu-satunya, terlihat dari hasil jepretan ibunya yang jago memphoto apa saja yang diinginkan.  

Memang nenek berdarah cina dan ayah orang Jawa sedikit keturunan ndoro (kraton) (nenek dan kakek kami)  mereka akrab dengan pejabat dan juga pengusaha lainnya sesama pengepul tembakau saat itu, walau ditetangga desa kami ada juga juragan yang sama pemgumpul hasil bumi juga tembakau mereka tidak risau dengan persaingan kala itu. Inilah yang tidak disadari oleh mereka trik, fitnah dan isyu kefekatan dengan pejabat (,yang kebanyakan orang kiri) lurah, camat, dan dukuh memang menguntungkan tetapi juga ternyata berujung tragis juga buat mereka.

Susur masa lalu

Aku coba bersama kakak perempuanku bersepekulasi memganalisa apa yang ada dipikiran bapak tentang ini semua
"Korban, dan fitnah itu ada benarnya" kata kakak padaku

"Ujung persaingan usaha dan politik " jawabku singkat. Sungguh bapak sedemikian.detilnya menulis suasana hatinya " juragan Abu mengatakan pada tentara bahwa bapak dan ibu orang-orang kiri karena pak lurah dan pak dukuh adalah orang partai merah juga"
Tulisan yang entah mengapa buatku sadar ini nyata!

Coba ku bersikap seperti ayah kami betapa perih masa lalu itu terampas didepan mata masa depanya.
"Bapak sudah tahu ayah ibunya tidak akan kembali"kata kakakku
"Dan ini nyata!" Jawabku tentang tulisan tangan dibuku harian bapak.

------

Tumbal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun