Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal [12] Rasa yang Hilang

19 September 2020   12:12 Diperbarui: 19 September 2020   12:13 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah waktu ternyata membuktikan siapa kawan dan juga siapa lawan, karena semua tidak jelas waktu itu kawan bisa jadi lawan dan bahkan lawanpun dijadikan teman demi apa demi keselamatan diri jela aku tidak ragu semua ini nyata adanya.

 Waktu membuktikan bahwa para algojo dan jagal-jagal *) sungguh bertindak lebih kejam dati aparat sendiri atas nama legalitas negara. Bahkan organisasi massa sipil dan organisasi atas nama apapun  itu dikerahkan untuk mengejar hidup atau mati mereka yang dianggap orang-orang kiri itulah mengapa banyak korban bentrok sipil ini atas kuasa dan militer saat itu
Aku tahu betapa bapakpun merasakan keadaan saat itu lebih membekas dan terasa dihatinya yang dalam
"Saling jegal dan jagal adalah realita" kata kakakku
"Semua ataa nama kebenaran tanpa peduli seseorang itu terlibat aktif atau hanya sekedar kena fitnah belaka" jawabku pada kakak. Waktu sekali lagi membuktikan bukan aku membuka luka lama tetapi sebuah tulisan adalah harus di buat demi sebuah pencerahan baru walau ada rasa  lain bila semua ini berhadapan pada fakta rasa dan masa lalu yang telah lama.

September semua memang bisa melow tidak hanya bapak tetapi orang-orang yang menjadi korban sama rasanya dengan bangsa ini yang selalu sedih bila mengenang tragedi ini setiap  tahunnya tetapi bapak selalu menutup nutupi semua ini semua dibuatnya biasa karena bapak melihat sendiri toko dan gudang tembakau orang tuanya dijarah rayah massa dan juga melihat sendiri pak lurah dan pak dukuh yang masih pakde juga pamanya ternyata juga diciduk dibawa truk hijau entah kemana tepat didepan matanya!

Haru huru hara ini membekas di coretan buku tulisnya sosok orang-orang yang dianggap kiri oleh pemerintah saat itu dibawa dan entah sampai mana sekarang

"Entah kapan waktu berpaling bukan aku mau ungkap pedihnya tetapi kebenaran yang bagaimana harus diperjuangkan" tulis bapak dibuku hariannya aku dan kakak cuma bisa betatap muka kaget tentang apa makna tulisan ini

-----

Tumbal

*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun