Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Daun-daun Jati Berguguran Jadi Saksi - 15 Masa Lalu

12 Juli 2019   11:50 Diperbarui: 12 Juli 2019   12:33 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita kemarin

Daun-daun jati berguguran jadi saksi -15-masa lalu


Semilir angin Menoreh seakan coba membiusku dalam cengkeraman dingin pagi ini.
Sarung subuh tadi seakan masih enggan lepas menahan dingin seusai subuh  tadi bukan karena ku enggan mandi tetapi dinginnya seakan membuatku sedikit terlenakan apalagi sejuknya tidak seperti kota besar di seberang.
Petani polowijo itu seakan membuka mata hatiku untuk tidak harus menyerah pada keadaan apapun apalagi cuma hawa dingin dimusim kemarau ini dan buat badan dingin karena bediding  sore malam harinya.
Aku seakan teringat pada cerita bapak dan ibu waktu  masih sugeng(hidup) karena hidup jangan menyerah.

Dulu waktu bapak ibuku masih muda sang partai merah berkuasa hingga duapuluhan tahun itulah kuasa sejarah yang tidak bisa kita lupakan.

 Sekarang partai merah itu berkuasa lagi dengan membawa simbol-simbol perjuangan wong cilik dan demi rakyat sebuah perjuangan nyata pemimpin terbaru negeri ini.


"kita semakin sulit" kata sebagaian temanku yang ASN tetapi angin surga buat pegawai swasta apalagi pedagang karena orde infrastruktur ini dimana-mana dibuat jalan tol, bandara, serta pelabuhan yang konon untuk kemajuan negeri ini  walau jerit hati yang terdampak dan tergusur tidak sebanding dengan ganti rugi ( untung)aset-aset mereka yang dikorbankan dan inilah fakta negeri ini.

Sebagaian manut-manut saja dan sebagain ngeyel juga ada (ikut aturan dan memberontak tidak mau digusur) sebebarnya ini nuah reformasi 20 tahun lalu kita harus terima adanya.

"sepagi ini seharusnya keringat yang dikucurkan bukan khayal tanpa bukti" sindir adikku sambil berjalan mendahuluiku jalanku.
Apakah harus sawah hijau hamparan karpet ini tergantikan jadi perumahan mewah atau terpotong jalan tol ah entah atau jadi bandara-bandara baru apapun terserah!

Fakta kekuatan masa lalu sekarang berkuasa mencengkram kebebasan terkini dengan ide-ide lama yang di masukkan dalam pola pikir dan tindak kita hari ini.


Bukan maksud kemunduran tetapi  semoga juga bukan"balas dendam" yang ternyata dewasa ini politik ternyata juga masuk pada ranah-ranah yang lain termasuk pendidikan, kebudayaan dan sosial kemasyarakat seakan berubah dratis.
Masa lalu yang masuk dalam masa kini inilah perlunya kita merevolusi sikap kita harus dimulai dari diri kita sendiri.

1272019wates

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun