Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kuasa Ramalan Itu

13 Mei 2019   14:22 Diperbarui: 13 Mei 2019   14:27 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramalan itu

...sembilan hari tentukan pemimpin negeri

sebuah kata damailah negeri ini

tak terpengaruh siapa menang atau kalah

.

penulis

Menggetarkan hati yang membacanya dan sungguh suatu kekawatiran sang pujangga penulisnya Jaya baya.

Saya tidak tertarik sebuah ramalan tetapi jelang 22 mei ini yakni pengumuman pilpres seakan sebuah harapan nyata sebuah kekhawatiran nyata karena ada "menang kalah" sebuah realita nyata kita memilih manajer bangsa yang akan memanage NKRI.

Sebuah kata resah jadi ada didalam hati ini yang tertepiskan kita kembalikan padaNya apalagi dibulan suci ramadhan ini bagi umat muslim adalah sebuah nyata pasrah pada sang illahi untuk berharap pahalaNya bersamaan dengan realita pengumuman ini dapat terminimalisir dibulan suci ini.
Saya tidak bahas apa ramalan itu tetapi apakah harus kerukunan negeri ini terkoyak hanya karena pilihan yang berbeda dan sungguh naif apakah harus kita saling curiga sak sawangka pada sesama anak negeri ini?

Bisa jadi pupuh atau gambaran ramalan itu sebuah keadaan yang terjadi saat itu juga bisa jadi pernah terjadi dan bisa jadi "perkiraan intelegensia hati penulis" adalah untuk memperingatkan kita yang hidup dinegeri ini untuk selalu rukun walau beda pandangan politik kita.

Saya sengaja ambil dari sekitar ratusan pupuh hanya saya ambil dua untuk sekali lagi ingatkan tentang resah hati, saling curiga yang  mengental agaknya  harus dicairkan karena semua adalah satu demi untuk ibu pertiwi kita. Ramalan adalah suatu kebetulan masa lalu yang untuk pembelajaran kekinian yang sungguh untuk kita belajar saat ini untuk waspada lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun