Mohon tunggu...
Alief Reza KC
Alief Reza KC Mohon Tunggu... Administrasi - Dulu pernah hobi nulis

alrezkc@gmail.com | IG & Twitter : @alrezkc

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Dunia Akan Lebih Baik Tanpa Media Sosial? (Bagian 2)

21 Agustus 2019   23:12 Diperbarui: 21 Agustus 2019   23:20 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
memandang kehidupan orang lain di media sosial.

Sedangkan Iqbal yang menjadi subjek keresahan Zian pun tak luput menggeser-geser layar smartphone-nya dan terhenti pada unggahan Harun dengan video aransemen gitarnya. Iqbal membayangkan jika dirinya masih bisa menghabiskan waktu untuk hobinya seperti Harun. 

Kenyataannya sekarang ia sudah memiliki istri dan harus terus bekerja untuk memenuhi nafkah sehingga sulit sekali untuk menghabiskan waktu seperti Harun. Makanan mahal yang sedang disantapnya kini terasa hambar.

Instagram Anxiety

Kondisi seperti itu sekarang dikenal sebagai "instagram anxiety" yaitu rasa gelisah atau tidak tenang yang muncul akibat melihat unggahan di media sosial Instagram. Hal ini bukan isapan jempol atau isu karangan satu dua orang semata. Setidaknya begitu menurut laporan kompas.com bahwa kesimpulan survei terhadap 1.500 remaja dan orang dewasa muda di Inggris. 

Walau media sosial ini banyak disukai karena bisa menjadi platform untuk menampilkan ekspresi diri, namun Instagram juga berkaitan dengan tingkat kecemasan yang tinggi, depresi, bullying, dan FOMO (fobia ketinggalan berita di jejaring sosial). Baca artikelnya di sini.

Mungkin banyak dari pembaca yang juga mengiyakan hasil penelitian tersebut. Sulit untuk dipungkiri jika setidaknya sesekali kita pernah merasa gelisah dan rendah diri melihat berbagai unggahan indahnya kehidupan kawan-kawan kita dibandingkan kondisi kita sendiri. Sudah banyak yang mulai memberanikan diri untuk off sepenuhnya dari instagram dengan menutup secara permanen akunnya. 

Termasuk dari kalangan selebriti sendiri yang mana seharusnya mereka punya banyak bahan untuk pamer di instagram tetapi ternyata masih belum mampu untuk tidak membandingkan dunia mereka dengan dunia sesama selebriti lain.

Kemunculan Instagram memang mengubah banyak peradaban manusia. Saat awal kemunculan media sosial facebook, kehebohannya tidak sebesar instagram. Fitur utama yang jadi andalan facebook adalah menulis status, fitur menggungah foto dan video kurang begitu bisa dinikmati di facebook. Begitu pula dengan twitter yang hanya menyediakan fitur tweet. 

Di masa itu, warganet hanya berlomba untuk menjadi puitis dan filosofis dengan berbagai kata dan kalimat dari isi hati. Pribadi seseorang masih bisa dinilai dari caranya menulis status karena pada saat itu orang cenderung jujur di dunia maya.

Kondisi berubah ketika Instagram lahir dengan unggahan foto sebagai fitur utamanya. Sejak saat itulah muncul istilah instagramable yang maknanya kurang lebih 'sangat bagus jika diunggah ke instagram'. Jika dulunya di facebook dan twitter kita lebih dituntut untuk menumpahkan isi pikiran, maka di instagram mau tidak mau kita harus terlihat menarik di jajaran timeline. 

Orang-orang berlomba-lomba untuk pergi mencari tempat atau sudut-sudut yang dianggap instagramable. Berwisata telah berubah definisi menjadi berburu 'stok foto instagram'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun