Mohon tunggu...
Alrdi Samsa
Alrdi Samsa Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Pascasarjana Politik Pemerintahan UGM

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berkelana dalam Cengkaraman

19 Januari 2019   12:41 Diperbarui: 19 Januari 2019   12:50 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-dan tanpa sikap tegas, kita hanyalah orang-orangan sawah

Cerita tentang diri yang menyendiri pada bagian sebelumnya, telah membawa kita pada pengertian bahwa hidup harus kita maknai ulang sebagai pengemasan yang lebih dalam tentang aspek pengenalan pada diri sendiri. 

Kontrol hidup bukan hanya pada persoalan diluar kehidupan kita, namun lebih berada pada pengamalan dan pengalaman diri sendiri.

Cerita kali ini, kita akan melihat persoalan diluar 'diri' kita sendiri..

Perlahan, semua hal tentang pengertian baik dan buruk telah dimaknai oleh sebagian orang. Kadar mana yang paling baik dan tidak, hari ini bisa diukur oleh orang-orang yang menciptakan tataran pengertian tersebut. Mungkin, kita adalah korban dari hal tersebut, meskipun diri berontak karena pengertian baik dan buruk adalah nilai subjektifitas yang alamiah, hal itu tidak mengubah segalanya. Akhirnya kehidupan terserap dalam tataran murni satu arus tentang nilai kebaikan dan keburukan bersama.

Hal ini tidak menjadi masalah, jika kebaikan disepakati dan dilandasi dengan norma masyarakat dan nilai-nilai luhur. Sayangnya, kesepakatan tidak terjadi pada tataran tersebut, akumulasi uang dan jabatan adalah pengikat utama, dan pencipta dari arus tentang kebaikan. Kita terlelap dalam perjalanan panjang yang tiada henti dan kita terkepung oleh alur kondisi sosial tanpa makna. Disadari atau tidak kita terus mempertajam jurang yang telah dibuat oleh mereka.

Kita memilah dan memilih untuk terus berkelana tanpa mengerti makna, arti dan tujuan tentang kondisi sosial dan lingkungan. Jangan sekali pun kita terjebak oleh kesalahpahaman tentang nilai kebaikan dan keburukan. Kadang kita berhenti untuk melangkah, terjebak dalam situasi ini dan akhirnya yang sampai adalah kegagalan mutlak entah dalam ruang masyrakat atau dalam tataran keluarga.

Melangkah adalah suatu keharusan, berjalan adalah suatu kepastian, tiada kegundahan yang tidak akan datang menghampiri, tiada keputus-asaan yang tidak datang menghantui. Problematika tersebut hadir hanya karena cara berpikir kita yang salah, logika memandang kita yang terlalu ngawur, dan hal itu telah tertancap menjadi kebiasaan dan terakomodir oleh setiap aspek kehidupan bersama. Analogi sederhana; jika penjara dianggap kesengsaraan oleh orang kriminal, hal itu adalah sebuah kesalahan, justru seharusnya penjara adalah susunan sel-sel yang didalamnya akan memberikan aspek kesadaran mutlak, dan hal itu adalah hal terbaik bagi mereka.

Pun dalam ruang lingkup dan dialektika kehidupan kita, kita terkepung oleh pemikiran orang lain, kita terbiasa dengan segala aspek pandangan sosial orang lain. Bahkan kita lebih mementingkan apa yang menurut orang lain baik (dalam kadar tertentu) dan menyepelekan hati nurani kita sendiri. Kasarnya kita hanya menjadi patung, orang-orangan sawah yang memantau dan akhirnya melakukan sesuatu yang orang lain lakukan. Kita hanya menjadi seekor keledai yang tidak faham untuk bersikap tentang ranah tertentu, akhirnya kita terseret oleh alunan kehidupan semu.

Berkelana dalam cengkraman adalah sebuah penggambaran mutlak tentang kondisi kita hari ini. Kita sedang berjalan, namun ada dalam sebuah ikatan. Kita sedang berlari, namun sedang berada dalam sebuah kepungan nilai semu. 

Kita sedang melangkah, namun kita berada dalam sebuah cengkraman pengertian. Maka atas dasar hal itu, kita sebenarnya hidup dalam tataran yang tidak terlalu bebas nilai, bebas pengertian, tentang segala aspek kehidupan, bahkan sekarang ukuran fisik tentang cantik dan tampan pun memiliki ukuran tersendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun