11 Maret 1966 dikeluarkanlah surat perintah penyerahan mandat kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto maka dengan Supersemar ini dimulailah tonggak sejarah yang melahirkan Orde Baru yang nantinya akan mengekang kebebasan mengeluarkan pendapat seluruh rakyat Indonesia, barulah tanggal 21 Mei 1998 dimulailah era reformasi yang menuntut adanya kebebasan berpendapat.Â
Hari ini sudah lebih kurang 22 tahun umur reformasi kita berjalan bak remaja yang mengalami masa pubertas dan baru dijinkan pulang malam, tatkalanya kebebasan era reformasi ini sering bablas dan kelewatan, malah cendrung anarkis. Apalagi di era milineal ini sosial media merupkan suatu bentuk gaya hidup, dimana semua orang bisa berbicara. Dari yang ahli sampai tukang fitnah sekalipun dapat berbicara maka saya sebagai pemimpin mileneal memakai prinsip tut wuri handayani di era sekarang ini.Â
"Ing ngarsa sang tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" prinsip ini diartikan "di depan menjadi contoh tauladan, di tengah saling membangun, di belakang memberi dorongan". Dapat dijelaskan bahwa seorang pemimpin harus bisa menempatkan dirinya dalam kondisi apapun. Ketika ditempatkan di depan maka sudah seharusnya ia memberikan tauladan seperti ketika ada suatu permasalahan maka pemimpin harus mengambil keputusan dengan tegas dan tidak menimbulkan kontra. Ketika ditempatkan ditengah pemimpin mampu menerima kritik dan saran dari anggotanya. Ketika ditempatkan terakhir pemimpin dapat memberikan dorongan dan nilai-nilai terhadapn orang-orangyasng dipimpinnya.Â
Pemimpin milineal harus sabar dan teguh pendirian karena di eranya mudah sekali bagi orang-orang mengeluarkan kritik tanpa memberikan solusi dan memberikan saran yang hanya menguntungkan beberapa pihak, tapi tidaklah menjadi suatu masalah yang besar karena setiap era kepemimpinan memiliki tantangan tersendirinya bukan berarti di era sosial media sekarang membuat pemimpin lebih lemah tapi membuat pemimpin lebih inovatif dan tegas dalam menjalankan tantangan kepemimpinannya.
