Mohon tunggu...
Muhammad AlQodri
Muhammad AlQodri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Singapura, Negara Yang Dipaksa Merdeka

21 November 2020   10:37 Diperbarui: 22 November 2020   08:05 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan LKY cukup sukses. Ketika pemilu 1963–1964 bergilir, partai PAP besaran LKY berhasil meraih 1 kursi parlemen di Malaysia, sementara partai Melayu UMNO gagal meraih kursi parlemen daerah di Singapura.

Politisi Melayu pun mulai takut. Petinggi partai UMNO mulai meminta pemerintah untuk menangkap LKY karena dianggap "subversif" dan "ancaman negara" karena partai PAP dikira menyebarluaskan Komunisme.

Puncaknya adalah tahun 1964, ketika kerusuhan antar-rasial terjadi di Singapura membuat 36 orang tewas, 500 lebih orang terlukai,dan 5000 orang ditangkap aparat.

 Perdana Menteri Tunku melihat tampaknya tidak ada alternatif lain untuk menyelesaikan permasalahan ini, akhirnya Singapura secara resmi dikeluarkan dari Federasi Malaysia pada tahun 1965 setelah diadakan pula pengambilan suara dalam parlemen negara yang menghasilkan 126 suara setuju dan sama sekali tidak ada suara tidak setuju dalam persoalan pengeluaran Singapura ini.

Sumber: id.quora.com
Sumber: id.quora.com
"For me it is a moment of anguish because all my life, you see the whole of my adult life. I have believed in Malaysia, merger and the unity of these two territories. You know it's a people connected by geography, economics, and ties of kinship", begitulah pernyataannya yang diingat dari pengumuman langsung itu. Bisa dibilang memang selain penyesalannya terhadap hubungan Malaysia-Singapura yang berpisah, LKY merasa pada saat itu Singapura tidak akan bertahan lama dan akan kesulitan mengingat sumber daya alam saja hampir tidak ada sama sekali.

Kuala Lumpur (pemerintah Federal Malaysia) menganggap Singapura sebagai "anak udah kuliah rewel & bandel, ga mau bantu-bantu" padahal "rumahnya belum selesai direnovasi" dan Malaysia masih punya "bayi-bayi kecil yang mesti diangon" (Sarawak & Sabah, keduanya baru mulai diintegrasi ke dalam sistem negara Malaysia, sebelumnya masih perang sama Indonesia)

Perjanjian Air Singapura dan Malaysia

Setelah memisahkan diri dari Malaysia pada 1965, Singapura menghadapi masalah pelik: mereka tak memiliki pasokan air. Maklum, negara dengan dengan luas selemparan batu itu tidak memiliki kemewahan dalam hal air seperti Indonesia. Tanah di Singapura tidak bisa diandalkan untuk memasok air tanah untuk rumah tangga maupun industri, tak seperti air tanah di Indonesia yang berlimpah ruah.

Saat 1960-an, Singapura mengandalkan pasokan air dari aliran sungai di Johor, Malaysia, yang masuk ke wilayah Singapura. Berbekal perjanjian tahun 1961 dan 1962, meski Singapura merdeka, Malaysia tidak bisa menyetop atau mengalihkan air di sungai Johor. Itulah pasokan penting bagi Singapura saat itu.

Perjanjian air itu dibuat pada 1962 dan berakhir pada 2061. Singapura dapat mengimpor setiap hari sampai 250 juta galon air yang belum diolah dari Sungai Johor dengan harga 3 sen ringgit per 1.000 galon. Singapura kemudian wajib menjual sebagian air yang telah diolahnya itu kembali ke Malaysia dengan harga 50 sen ringgit per 1.000 galon.

moe.edu.sg
moe.edu.sg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun