Mohon tunggu...
Fika Afriyani
Fika Afriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Asisten Peneliti

Ruang latihan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"STRON9ER"

28 Juli 2020   01:29 Diperbarui: 28 Juli 2020   01:25 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The iconic expression from Berna [Sumber: Juventus FC Twitter]

Untuk tulisan mengenai Juventus, saya sampaikan kembali bahwa tulisan ini bersifat subjektif dari sudut pandang saya sebagai bagian dari Bianconeri.

Alhamdulillah, akhirnya yang dicita-citakan selama musim yang berat ini tercapai. Jatuh bangun sejak awal musim, kemenangan tidak selancar musim-musim sebelumnya. Selamat untuk Bianconeri sedunia, selamat Bapak Maurizio Sarri beserta tim dan tentunya para pemain.

Ingin rasanya saya peluk satu-satu, atas ketidakputusasaan di musim yang berat ini, sayangnya mereka jauh kalau pun dekat harus physical distancing.

Untuk semua, siapa pun; yang cedera, yang di bangku cadangan, yang tidak bisa ikutan main di lapangan, yang cuma bisa ikut live instagram, yang jarang bikin gol, yang rela tidak egois demi memberi umpan, yang sudah menjaga gawang, yang pernah terkena kartu serta suspen, semuanya selamaatt!!

Khusus kepada bapak pelatih, beliau benar-benar memotivasi saya bahwa tidak ada sukses yang terlambat. Di usia 61 tahun dia akhirnya memeroleh Scudetto pertamanya. Kritikan pasti datang dari mana saja, manajemen dan pastinya fans.

Rasanya saya bersyukur untuk menahan tidak mengkritik beliau, karena ini masih musim pertama dia beradaptasi dengan tim, tidak mudah pastinya untuk bisa mengungguli pelatih sebelumnya. Tapi saya yakin beliau dan anak-anak pasti punya kepercayaan satu sama lain bahwa mereka bisa meraih kemenangan.

Kepercayaan dan mental juara dalam setiap individu dalam tim tidak pernah saya ragukan, namun bagi Bapak Sarri bergabung di Turin untuk obsesi Scudetto pastinya hal baru dan motivasi terbesar yang ekspresinya terkadang disimpan baik-baik sama beliau.

Paragraf emosional mengenai Bapak Sarri ini terinspirasi dari foto-foto beliau saat menangis haru melihat tim nya meraih kemenangan. Seperti saat beliau menjadi pelatih Chelsea, hal yang membuat saya, dan saya yakin banyak orang tersentuh melihat ekspresi beliau saat memegang medali kemenangan Chelsea. Kali ini, gambar beliau mengusap air mata di bench juga meluluhkan hati. Dalam hati kecilnya, beliau pasti tidak percaya kalau dia bisa berhasil.

Selanjutnya, adalah sang pencipta gol di pertandingan penentu kemarin malam. Sebagai luapan di masa bahagia ini saya akhirnya sempatkan menulis sedikit mengenai Cristiano (tentu saja dari sudut pandang saya). Sejujurnya, dia bukan favorit saya meski dia adalah favorit semua orang. Sejak rumor bahwa dia akan datang ke Turin 2 tahun lalu, saya adalah salah satu yang paling tidak mempercayai berita tersebut.

Sempat berpikir, 'What the reason that bring him here?' selain gaji pastinya. Jujur saya sempat sinis di awal musim dia bergabung. Saya tahu dia pernah mengalami hambatan beradaptasi dengan situasi Serie A yang berbeda dengan Inggris dan Spanyol. Tapi, bukan Ronaldo namanya kalau dia tidak dapat mengatasi kendala tersebut.

Saya juga memahami, adanya Ronaldo menjadi motivasi teman-temannya di tim untuk bisa beradaptasi dengan pemain paling tajam di Eropa tersebut, begitu pun sebaliknya. Ronaldo tampak berusaha untuk bisa bermain bersama tim, saya akui secara umum dia tidak egois dalam penguasaan bola. Terima kasih Cristiano.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun