Mohon tunggu...
Aloisius Johnsis
Aloisius Johnsis Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis yang mengubah rasa menjadi cerita.

Manusia yang senang bercerita, setia untuk menghidupi keyakinannya dan berusaha keras untuk mewujudkan impiannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Lari dari Dunia, Hadapilah!

6 April 2021   13:59 Diperbarui: 6 April 2021   14:02 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 https://unsplash.com 

Sering kali, ketika kita berhadapan dengan sebuah masalah entah itu besar ataupun kecil, naluri memaksa untuk lari, menghindar, ataupun sembunyi. Dunia dengan segala hiruk pikuknya memang kadang menyebalkan, membuat hati kehilangan rasanya, pikiran kehilangan nalarnya, dan manusia kehilangan kemanusiaannya.

Ketika kita melihat orang-orang terhimpit oleh keadaan, termasuk kita, kemanusiaan menjadi mahal harganya. Padahal, sejatinya rasa kemanusiaan itu yang membuat kita tetap dapat disebut manusia yang lebih dari susunan tulang berbalut daging.

Beberapa tahun terakhir, rasanya bencana tidak habis-habisnya datang. Seperti antrian yang panjang, seakan-akan semua akan mendapat gilirannya, dan belum akan selesai dalam waktu dekat.

Virus Corona yang sudah berulang tahun pun rasanya belum akan pergi dari bumi ibu pertiwi, nampaknya masih betah bermain-main dengan kita yang kadang masih saja abai dengan protokol kesehatan. Memakai masker? Ah sesak. Cuci tangan? Cukuplah beberapa kali saja. Jaga jarak? Tidak perlulah dengan teman-teman dekat. Pemikiran-pemikiran barusanlah yang membuat kasus kian hari kian konsisten penambahannya.

Bencana di bagian timur Indonesia beberapa hari terakhir juga menabah daftar panjang korban bencana alam. Longsor, banjir bandang, angin putting beliung memporak porandakan saudara-saudara kita di sana.

Melihat ini apa yang akan kita lalukan? Abai dan menutup mata lalu berlari dari dunia yang sedang membutuhkanmu? Ya boleh saja, tidak ada yang melarang, kamu berhak melakukannya. Tetapi dengan melakukan itu kamu juga kehilangan hak untuk disebut sebagai manusia.

Menjadi manusia itu bukan hanya sekadar lahir, hidup, lalu mati. Tapi status menjadi manusia itu adalah apa yang kita lakukan sepanjang hidup. Berikan makna lebih dari hanya sekadar daging yang bernafas. Kepedulianlah yang membuat kita bisa mendapatkan hak menjadi manusia.

Sejujurnya kita bisa mulai dari hal yang paling mudah dengan berdoa agar mereka yang sedang mengalami hari buruk dapat dikuatkan. Memang terdengar klise dan abstrak, tapi yakinlah itu akan memiliki arti jika datangnya dari hati.

Saat ini begitu banyak organisasi keagamaan, layanan masyarakat, ataupun berbagai lembaga sosial lainnya yang membuka donasi untuk saudara-saudari kita yang sedang kesulitan, mereka butuh sumber daya untuk pemulihan. Kamu bisa menyumbang, sekecil atau sebesar apapun pasti berarti. Karena tidak ada yang besar atau kecil, hanya ada mau atau tidak untuk terlibat.

Jika kamu adalah pemberani, memiliki waktu, tenaga, dan sumber daya, kamu bisa bergabung dengan para volunteer di tempat kamu berada untuk membantu mencari dana atau bahkan pergi ke tempat bencana menjadi relawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun