Sekarang bagaimana nasib kita, Kompasianer? Coba kita urai beberapa saja dulu yang paling strategis. Kita mulai dari mana saja secara acak. Kita lirik sejenak nasib Kompasianer yang berprofesi sebagai guru dan dosen, yang jumlah akun Kompasiananya cukup besar.
Penulis yakin, siapapun itu, narasi-narasi kampanye para Pasangan Calon itu ada saja yang menjanjikan perbaikan kesejahteraan guru dan dosen. Namun, sifatnya akan sangat umum, semacam agenda karet, tidak terukur, dan dengan demikian tidak mungkin untuk ditagih, sehingga ketika diterapkan dalam agenda kegiatan Pasangan Calon terpilih cenderung asal saja dan dengan demikian dampaknya terhadap guru dan dosen tidak signifikan.
Para Pasangan Calon termaksud, hampir pasti, tidak akan membuat janji kampanye yang tegas dan dapat ditagih dengan gampang. Hal ini disebabkan prioritas utama mereka adalah mengamankan kekayaan "seseorang" dan/atau kekayaan para "invisible hands" termaksud. Selain itu untuk dapat menjanjikan narasi kampanye yang tegas dan deterministik mereka itu harus memiliki kapasitas pengelolaan negara yang tinggi.
Misalnya, janji kampanye yang deterministik itu seperti menjamin gaji guru dan dosen minimal Rp10 juta per bulan. Janji ini hanya dapat dinarasikan bagi Pasangan Calon yang memahami betapa borosnya APBN kita sekarang dan mereka memiliki kapasitas untuk melakukan perbaikan sedemikina rupa sehingga yakin dapat merelisir janji kampanye Rp10 juta itu, jika terpilih nantinya. Selain itu, Pasangan Calon itu perlu meminimalisir berbagai benturan kepentingan untuk merealisasikan janji kampanye termaksud.
Sekarang coba kita lirik nasib lulusan SMA dan SMK, yang sebelum Pandemi Covid-19, banyak yang bekerja apa saja seperti cleaning service, OB, dan supir ojek. Pekerjaan fisik yang sangat berat, rawan kecelakaan dan penyakit dalam yang ganas, tetapi, mirisnya, gaji atau penghasilan mereka rendah sekali sekitar UMR. Kondisi seperti ini semangkin para hingga saat ini.
Hal ini potensial membaik secara berangsur-angsur seiring dengan adanya perbaikan iklim berusaha, iklim investasi, dan pemerintah yang bersih dan berwibawa. Pasangan Calon terpilih perlu memiliki tim ekonomi yang handal, bebas benturan kepentingan, untuk melakukannya dan ini sangat sukar untuk terealisir jika pola seperti kavling jabatan menteri-menteri kabinet yang ada sejauh ini tidak dapat dikendalikan.
Hayu terus bersuara. Suara Anda sangat berarti untuk perbaikan bangsa ini.
Kontak: kangmizan53@gmail.com