Erick Thohir tidak akan dapat berbuat banyak disini. Tekanan politik tidak memungkinkan Beliau untuk dapat menjadikan BUMN-BUMN termaksud menjadi kompetitif atau melikuidasinya. Mereka itu akan menjadi benalu keuangan negara rezim pemerintahan sekarang dan rezim-rezim pemerintahan yang akan datang.
Ulfa (2017), Mengurai Benang-benang Kusut BUMN, Yogyakarta: Deepublish, menyatakan ada 112 BUMN yang terjebak dalam struktur pasar kompetitif. Sebagian besar kinerjanya buruk sekali dan hanya beberapa dengan kinerja cukup baik.Â
Dari beberapa dengan kinerja yang cukup baik itu, memang empat bank BUMN yaitu Mandiri, BRI, BNI, dan BTN yang juga berada dalam struktur pasar kompetitif memiliki kinerja yang baik. Namun, itu lebih banyak bersumber dari klausal mandatory dari aliran uang negara yaitu APBN untuk transit di bank-bank BUMN tersebut. Jumlah uang negara yang transit disini sangat sangat besar. Misalnya, jumlah uang APBN yang akan transit disini di tahun 2020 adalah sekitar Rp2.540 triliun.
Skim mandatory itu tidak mungkin dapat dihadiahkan ke kedua perusahaan asuransi plat merah ini. ASN sudah memiliki wadah Taspen dan BPJS Kesehatan. ABRI ya sudah ada ASABRI murni asuransi dan tabungan hari tua tetapi terkontaminasi dengan asuransi berbalut investasi.
Dengan demikian, idealnya, PT Asuransi Jiwasraya dan PT Asuransi ASABRI dilikuidasi saja. Semakin tertunda likuidasi itu semakin membengkak utang masing-masing perusahaan asuransi plat merah ini dan semakin membebani keuangan negara.Â
Bagaimana dengan citra perusahaan asuransi di Indonesia? Tidak begitu berpengaruh karena sudah ada tiga perusahaan asuransi yang lebih dahulu dilikuidasi oleh OJK yaitu Bakri Life, Bumi Asih, dan Bumiputera 1912. Toh perusahaan asuransi secara umum terus berkembang di Indonesia baik yang murni Indonesia maupun yang bermitra dengan perusahaan asuransi multinasional.
Selain itu, kasus likuidasi Jiwasraya Jika betul akan terjadi, akan memberikan pelajaran yang berharga pada publik untuk lebih memahami produk asuransi yang dikemas dalam skim investasi. Mereka akan sadar bahwa disamping potensi laba yang menggiurkan juga terkandung potensi malapetaka dari produk asuransi berbalut investasi.