Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perlu 5 Tahun Menyiapkan Konsep Kemerdekaan Belajar? Bener Nich Mas Nadiem?

30 November 2019   19:08 Diperbarui: 1 Desember 2019   14:59 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu Penjelasan Mas Nadiem

Itu angka yang fantastis Boz. Seandainya UN dihapus dan uang itu diberikan kepada guru, katakan saja Rp10 juta/guru, maka uang itu cukup untuk diberikan kepada lima juta orang guru! Lebih Mas, guru hanya berjumlah tiga juta orang. Gampang, tambah saja menjadi 11 juta per orang. 

Buset.. yang enak elu aja... orang-orang disekitar Mas Nadiem jelas menolak wacana penghapusan UN itu. Habislah tambahan penghasilan kami begitu kira-kira dalam pikiran para birokrat itu, walaupun bapak/Ibu pejabat negara itu sebetulnya banyak yang sudah menerima take home income mendekati 100 juta rupiah per bulan.

Banyak lagi yang demikian. Para vendor pencetak soal UN jelas mengkel, jasa pengiriman kertas dan hasil ujian jelas geram, penyedia laptop dengan nilai ratusan miliar jelas naik pitam, hotel-hotel berbintang tempat sosialisasi, FGD, temu wicara dan rangkaian lain-lain kegiatan UN akan menjerit panjang, dan seterusnya, dan seterusnya yang panjang sekali.

Wong cilik jelas bersuka ria,  selamatan dan sujud syukur. Hal yang demikian juga akan dilakukan oleh para pahlawan pendidikan kita itu lebih-lebih jika alokasi uang UN itu dialihkan dan diberikan kepada semua Bu dan Pak Guru, tanpa perlu sertifikasi untuk mendapatkannya.

Opsi yang lebih halus lagi adalah tidak langsung menyentuh isu Ujian Nasional tetapi menyentuh rumah UN itu yaitu kurikulum. Namun, orang-orang dekat Mas Nadiem itu tahu persis bahwa ini akan bermuara pada isu Ujian Nasional. Mas Nadiem perlu tegas disini dan jangan seratus persen menyerahkan kegiatan bongkar pasang kurikulum ini hanya pada lingkaran birokrat Kemendikud. Lelet! Bisa sampai 15 tahun baru selesai. Partisipasi masyarakat luas perlu dibuka.

Opsi strategis yang tersedia sebetulnya mencakup lelang kurikulum baru itu. Maksudnya, dibuat tender terbuka baik untuk peserta tender domestik maupun peserta tender luar negeri. 

Penulis yakin, jika proses tender itu bebas KKN, tarif untuk mendapatkan kurikulum berbasis kemerdekaan belajar seperti yang diingini itu, akan berada dalam kisaran hanya 1 persen nilai UN selama lima tahun itu. 

Kompasianer tentu saja dengan demikian bisa ikut lelang kurikulum itu. Berikan kami, Tim Kompasianer, cukup dengan Rp1 T saja, sangat-sangat kecil dibandingkan dengan Rp50T itu, kurikulum berbasis kemerdekaan belajar itu akan kami selesaikan dalam waktu kurang dari satu tahun. 

Kami akan hire khususnya the best available Kompasianer dan the best available resources in the market both domestic and world wide markets untuk merampungkan kurikulum termaksud dalam waktu kurang dari satu tahun. 

Walaupun demikian, Mas Nadiem, perlu kita sepakati dulu tentang the animal of the curriculum itu. Coba kita lihat difinisi kurikulum ini seperti dibawah ini.

The term curriculum refers to the lessons and academic content taught in a school or in a specific course or program. In dictionaries, curriculum is often defined as the courses offered by a school, but it is rarely used in such a general sense in schools. Depending on how broadly educators define or employ the term, curriculum typically refers to the knowledge and skills students are expected to learn, which includes the learning standards or learning objectives they are expected to meet; the units and lessons that teachers teach; the assignments and projects given to students; the books, materials, videos, presentations, and readings used in a course; and the tests, assessments, and other methods used to evaluate student learning. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun