Mohon tunggu...
Almizan Ulfa
Almizan Ulfa Mohon Tunggu... Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan RI -

Just do it. kunjungi blog sharing and trusting bogorbersemangat.com, dan, http://sirc.web.id, email: alulfa@gmail.com, matarakyat869@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bang Anies Cobalah Ride Sharing

8 November 2017   10:28 Diperbarui: 11 November 2017   15:25 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Sudirman Jakarta Pusat. Sumber; The Guardian.com

Kemacetan dan Penderitaan Warga DKI Jakarta

Warga DKI Jakarta sangat menderita dengan kemacetan parah yang sudah berlangsung puluhan tahun. Sampai ke tempat kerja lebih lama dan sangat melelahkan. Agenda pertemuan sering molor. Acara sosial budaya sangat terhambat dan dalam keadaan darurat kemacetan ini sering merengut nyawa karena ambulans juga tidak mampu mengatasi padatnya jalan raya di DKI terutama di jam-jam sibuk pagi, lunch time, dan sore sampai malam pulang kerja.

Beberapa peneliti bahkan pernah mengukur penderitaan warga DKI Jakarta tersebut dengan nilai uang. Pendekatan yang lebih dikenal dengan nama monetizen itu menghasilkan angka sekitar Rp68,5 triliun per tahun. Maksudnya besarnya penderitaan warga DKI Jakarta akibat kemacetan tersebut jika diukur dengan uang adalah sebesar itu setiap tahunnya. Angka ini antara lain disampaikan oleh Menteri Bappenas Bambang Brodjonegoro. Angka yang disampaikan oleh Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Bambang Prihartono, bahkan lebih tinggi lagi, yaitu 100 triliun rupiah per tahun.

Prediksi Jakarta Macet Total Tahun 2022

Banyak yang sudah dikerjakan oleh para Gubernur terdahulu. Namun tetap saja kemacetan belum terurai dan bahkan sebaliknya tambah parah yang di banyak ruas jalan bahkan sudah gridlocks; tidak bergerak yg lama sekali. Jika pola ini terus berlanjut, maka dalam lima tahun kedepan, berbagai ruas gridlockssudah menyatu dan Jakarta tidak bergerak, menurut banyak pakar transportasi perkotaan.

Prediksi ini mengacu pada data BPS yang menunjukan bahwa dewasa ini terdapat sekitar 16,5 juta kenderaan bermotor di DKI Jakarta. Dengan laju pertumbuhan sekitar 500.000 KB per tahun, maka di tahun 2022 jumlah kenderaan bermotor di wilayah DKI Jakarta Raya hampir 20 juta. 

Kegagalan 3 in 1  Penerapan Pola Ganjil Genap

Pola 3 in 1 di beberapa ruas jalan di ibukota sudah diterapkan sejak Era Bang Yos, rasanya. Pola penerapan yang mencakup ruas Sudirman, Thamrin, dan Gatot Soeboroto ini gagal dan sekarang sudah dihapus. 

Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan pola 3 in 1 mencakup kurang baiknya motivasi supir dan penumpang. Supir hanya kerena keharusan dan untuk itu sering terpaksa mnggunakan joki. Akibatnya, praktis tidak ada pengurangan volume kenderaan di jalan raya.

Faktor lain yang juga berkontribusi penting atas kegagalan pola 3 in 1 DKI Jakarta adalah teknologi. Ketika itu netizen blum terbentuk. Publik belum terhubung ke sosmed sprti WA, LINE, FB, Tweeter, dll.

Unsur lain yang berkontribusi negatif adalah tidak disediakannya pickup points oleh Pemprov DKI Jakarta. Ini sharusnya ada di bnyak titik strategis seprti sekitar mall, areal gedung perkantoran (office parks), dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun