Mohon tunggu...
Alma Wahdie
Alma Wahdie Mohon Tunggu... Tutor - Full Time IRT, Part Time Teacher, Freelance Writer

Forever learner. Emak newbie yang suka nulis. Nulis juga di: http://www.almawahdie.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Kopi Sumatera Selatan dalam Balutan Silaturahmi

19 Oktober 2019   01:57 Diperbarui: 19 Oktober 2019   01:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak beberapa minggu lalu sebuah poster virtual tentang acara Muara Enim Coffee Festival 2019 kudapati dari salah satu grup WhatsApp. Kebetulan sekali, aku berdomisili di kota itu.

Yang kutahu, salah seorang teman dalam grup kami itu memang sosok perempuan kopi. Setidaknya begitulah aku dikenalkan padanya. Soufie Retorika, tak banyak yang kutahu tentang Yuk Soufie ini selain bahwa ia mempunyai usaha di bidang kopi dan memang penyuka kopi.

Dalam grup WhatsApp kami sendiri, ada banyak penikmat kopi lainnya. Sedangkan aku? Jujur, aku suka kopi. Tapi bukan penikmat dalam artian rutin mengonsumsi cairan hitam itu. Apalagi semenjak hamil dulu.

Hanya saja keluargaku, baik dari sebelah ibu maupun ayah telah mengalirkan darah kopi pada kami. Mereka hidup sebagai anak petani kopi. Hingga saat ini. 

Ayahku berasal dari Lintang IV Lawang. Jenis kopinya? Duh, jangan tanya aku. Kalau sekedar tebak-menebak mungkin masih masuk kopi Robusta karena dekat dengan Suku Besemah.

Sedang ibuku asli Semendo. Kopi Semendo lumayan lebih sering terdengar gaungnya dibandingkan kopi dari Lintang. Jenisnya bisa aku sebutkan dengan lantang, Robusta. Semoga tidak salah juga. Kami masih hidup dari kopi Semendo. Bakwo dan Makwoku adalah petani kopi dataran tinggi Sumsel itu.

Tapi aku tak pernah tahu beragam proses yang menjadikan kopi itu sangat mahal di kafe-kafe di kota sana. Sampai tadi, ketika aku akhirnya datang ke acara Muara Enim Coffee Festival 2019.

Kedatanganku karena ingin berjumpa dengan Yuk  Soufie. Karena memang belum pernah aku bertemu langsung. Kami hanya bersapa-ria dalam grup Kompal saja. 

"Mumpung lagi ke Muara Enim." Begitu dalam benakku.

Ternyata, aku tak hanya bersilaturahmi dengan ayukku satu ini. Pertemuan pertamaku dengannya sangat berkesan. Karena akhirnya aku mengenal kopi lebih dalam dalam beberapa jam itu.

Tentang kesabaran dalam proses. Bahwa menghasilkan segelas kopi enak kelas dunia jelas ada tahapannya. Mulai dari memilih biji kopinya, menyortirnya, menggorengnya, menggilingnya, hingga menyeduhnya. Semua ada tekniknya.

Hari ini mataku berbinar-binar karena semua itu. Bukan tak pernah aku melihat para barista menggiling kopi dengan grinder modern kemudian menyeduhnya dengan kertas penyaring kopi itu. Bukan tak pernah aku minum kopi tanpa gila bahkan espresso sekalipun. Pernah.  

Tapi tak pernah membuatku antusias untuk tahu dan mencari tahu. Tahuku hanya minum saja.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Kemudian, aku melihat dua beranak itu menyeduh kopi dengan teliti dan hati-hati. Doa dan harapku ikut menggema di hati. Baru kali ini kulihat kopi dibuat sepenuh hati. Kupikir hanya hobi. Ternyata cinta yang terpatri.

Akhirnya aku sampai pada kesimpulan tentang alasan kopi di cafe kota sana mahal harganya. Ada ilmu dan cinta dalam prosesnya. Baik dari peramu kopinya juga dari petaninya.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Banyak hal yang kuperoleh hari ini. Mungkin belum semuanya tertuang di sini. Ini hanya sedikit awal perkenalanku kembali dengan kopi. Walaupun aku adalah anak-cucu petani kopi, ternyata masih ada banyak sekali hal tentang kopi dari tanah kelahiranku (Semendo) juga dari tanah kelahiran ayahku (Lintang) yang belum kuketahui. 

Tapi hari ini, mataku terbuka untuk lebih peduli. Tentang komoditas kopi ini. Mungkin kopi dari kebun kami di Semendo sana bisa naik derajatnya setelah melalui proses panjang dalam pembelajaran.

Aku perlu banyak ngilmu kepada Retorika Coffee ini. Salam Kompal kompak selalu!

kompal-20191019-012715-5daa03f10d82303aaa06d553.jpg
kompal-20191019-012715-5daa03f10d82303aaa06d553.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun