Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... Penulis - suka mengekspresikan diri dan asumsi

Santri Tebuireng, Santri Pegiat Literasi | Mahasiswa Baru UIN Walisongo Jurusan Falak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Pendidikan Bangsa Seharusnya?

5 Juni 2020   01:18 Diperbarui: 5 Juni 2020   01:54 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi alur pendidikan di Indonesia ( Sumber : Nalar Politik )

Menjadi cerdas itu tidak mungkin tanpa keturunan yang cerdas apalagi kreatif ! 

Kata siapa ? Banyak orang salah sangka atas hal itu. Kebanyakan orang yang kreatif itu dari cara mereka hidup dan mereka mempunyai pengalaman yang lebih banyak daripada orang lain.

Jangan salah paham dulu bahwa orang cerdas itu hakikatnya bisa semua bidang. Tidak demikian, manusia mempunyai batas dalam berfikir dan tidak memungkinkan manusia bisa menguasai lautan ilmu di bumi luas ini. Benar mereka cerdas, tetapi hanya pada bidangnya saja.

Tentu kita tahu bahwa banyak dari sekian manusia yang pintar, cerdas, kreatif, bahkan jenius tanpa melalui keturunan nasab. 

Sedikit cerita, saya mempunyai kakak kelas (sebut saja paimin) yang cerdas dan multitalenta. Ketika itu, saya heran dan sempat bertanya kepadanya. Min, kamu itu cerdas dari keturunan nasab ya…?. Nggak, terus apa yang menjadikanmu multitalenta dan cerdas?. Ohh mungkin kamu melihat aku cerdas sebenarnya nggak seperti bayangan orang-orang, ketika aku menemukan hal baru aku selalu ingin mengetahuinya sampai intinya, walupun itu terlihat susah seperti ilmu fisika, kimia, geografi, basket, sepak bola, tenis meja, dll.

Dari cerita itu kita harus memahami secara benar bahwa seseorang bisa cerdas, pintar, kreatif karena usahanya yang sangat gigih ketika mendapat ilmu baru maupun lama. Ketika ada hal baru kita usahakan bertanya, mempelajarinya dan menghubungkan hal baru itu dengan hal lama. 

Lebih bagus lagi kita terjun kedunia organisasi, disana kita belajar makna kehidupan dan kemandirian hidup. Tak hanya organisasi, kita harus menghendaki banyak hal yang menurut kita hebat dan kita mampu untuk menjalaninya.

Banyak dari sekian juta jiwa di bumi ini ketika melihat sesuatu yang dikagumi kemudian dibiarkan begitu saja tanpa ingin mengetahuinya lebih dalam lagi. Padahal dengan mendalami hal itu kita memperoleh ilmu baru dan bermanfaat.  

Semua pengalaman yang kita peroleh itu akan mengantarkan kita ke sisi kreatif dan cerdas dalam bidang yang sering kita sentuh. Semakin banyak pengalaman semakin banyak pula gagasan yang kita peroleh, dan semakin kita tahu tentang ide ide baru pada pengalaman kita. 

Perumpamaan dari pengalaman itu adalah titik-titik yang belum disempurnakan dan tak akan pernah sempurna tetapi “titik” itu akan memanjang sampai tidak terlihat ujungnya. Jadi semakin banyak “titik” atas pengalaman pertama dengan “titik” dari pengalaman kedua. Maka timbullah hubungan antara dua titik itu, sehingga kita bisa menghubungkan dua pengalaman tersebut menjadi pengalaman yang ketiga.

Seorang profesor matematika dalam bukunya menyatakan, bahwa semua manusia bisa mengembangkan otaknya secara cerdas melalui banyak pengalaman dan hubungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun