Mohon tunggu...
Allifia Fatika Putri
Allifia Fatika Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi

Suka hal-hal yang berbau alam, kepribadian, pendidikan, sosial, dan sejarah. Dalam proses belajar menulis, semoga bermanfaat! :)

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Penting Menjadi Creative Parenting bagi Anak Disleksia: Menguatkan Kelebihan untuk Mengatasi Kekurangan

21 November 2022   22:23 Diperbarui: 21 November 2022   22:28 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Pinterest/pngtree 

Tidak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya semua makhluk itu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dengan porsi nya masing-masing. Begitu pun dengan anak yang penyandang disleksia, di mana disleksia sendiri merupakan sebuah salah satu gangguan belajar yang dialami oleh anak yang mengidapnya. 

Bahkan disleksia tidak hanya dialami oleh anak-anak, melainkan orang dewasa juga. Hakikatnya gangguan belajar disleksia ini terjadi secara menahun atau tidak bisa sembuh total seperti pada anak pada umumnya. 

Disleksia ditandai dengan kesulitan anak dalam membaca, mengeja, dan memahami bacaan. Namun bahwasanya perlu diketahui bahwa anak penyandang disleksia ini memiliki IQ normal bahkan rata-rata menengah ke atas. 

Jadi, anak penyandang disleksia ini tidaklah bodoh, hanya saja perlu penanganan dan metode yang khusus dalam proses belajar. Maka sebagai orang tua perlu mengetahui dan memahami mengenai gangguan belajar disleksia ini agar dapat mengambil langkah yang tepat.

Penyebab anak menyandang disleksia ini  adanya kelainan genetik yang dapat mempengaruhi kinerja otak, selain itu bisa juga disebabkan oleh faktor lainnya seperti trauma pada otak yang parah akibat dari sebuah peristiwa yang telah dialami, memiliki penyakit kronis, akibat faktor keturunan atau genetik, akibat dari makanan atau minuman yang mengandung zat berbahaya seperti NAPZA pada masa kehamilan, bayi prematur, dan lain sebagainya.

Adapun gejala yang dialami anak disleksia pada umumnya akan mulai terlihat sejak kecil, adapun rata-rata gejala yang dialami anak disleksia adalah memiliki imajinasi yang kuat, tingkat kreativitas yang tinggi, kesulitan dalam membaca dan mengeja, ketika masih kecil terlambat dalam berbicara, memiliki indera pendengaran yang tajam, memiliki potensi atau kemampuan dalam menggambar yang baik, kesulitan dalam membaca arah dan memahami bacaan, serta sulit berhubungan sosial dengan anak lainnya.

Perlu diketahui bahwa disleksia itu bukan penyakit melainkan sebuah gangguan. Hal ini dikarenakan ada sebuah proses berpikir yang berbeda, cara belajar yang berbeda, dan tidak ada masalah atau kelainan pada otak. Anak disleksia memiliki cara berpikir yang berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa kebanyakan anak disleksia itu kreatif dan memiliki pemikiran 'out of the book'. 

Nah, bagi orang tua yang memiliki anak disleksia ini menuntut menjadi orang tua yang kreatif dalam mengarahkan dan menentukan metode unik dalam pembelajaran serta dapat menggali potensi serta bakat yang terdapat pada dalam diri anak disleksia dengan baik. karena Anak disleksia sendiri membutuhkan cara khusus untuk bisa menyerap pembelajaran akademis serta mengembangkan bakat dan potensi yang luar biasa pada diri anak tersebut.

Lantas bagaimana cara orang tua menangani anaknya yang disleksia? Nah, sebelum itu terdapat dua prinsip dalam menangani anak disleksia yakni akomodasi dan remedial. 

Pertama, akomodasi yang mana orang tua mampu memberikan dan memfasilitasi dalam kebutuhan belajar sesuai yang dibutuhkan oleh anak tersebut. misalnya, anak tersebut akan lebih mudah memahami dalam belajar jika di iringi visual yang menarik. Maka orang tua dapat mengajari anak dengan menggunakan pensil warna-warni dan penjelasan yang spesifik atau dapat diberikan media alat peraga dalam pembelajaran. Kedua, remedial yang mana memiliki arti mengulang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun