Tengok
Hari ini aku datang ke sungai yang arusnya begitu tenang. Justru yang tenang itu terkadang menyimpan sejuta rahasia. Justru yang diam menyimpan banyak tanya. Takut bertanya dan terlalu takut mendengar jawabannya. Iya, itu aku. Terlalu takut mengetahui semuanya, takut jika tidak sesuai yang kubayangkan.
Bebatuan ini membuatku selalu hati-hati melangkah. Salah langkah saja aku bisa jatuh, terbentur batu dan bisa hilang ingatan atau bahkan ditelan bumi. Akhirnya aku duduk di sebuah batu yang berukuran besar. Dibawahku air sungai mengalir dengan merdu karena berbenturan dengan bebatuan.Â
Oh ya, jangan lupa dengan air sungai ini yang begitu jernih. Bisa kugunakan untuk melihat bagaimana kondisi rambut sebahuku yang tertabrak angin sedari tadi. Baiklah, hanya sedikit membetulkan anak rambut saja.
Aku melihat lima anak kecil yang tengah mandi di sungai. Suaranya terdengar renyah, serenyah keripik singkong yang pernah kunikmati bersama dia (sebelum berakhir) ketika berbincang mengenai banyak hal. Segera kusiapkan smartphone untuk mengambil gambar mereka yang tengah berenang dan saling jahil satu sama lain.Â
Aku tersenyum. Bagaimana tidak, usia mereka begitu menyenangkan dihabiskan untuk bersendagurau dengan teman-teman. Tidak sepertiku yang setiap hari harus berkutat dengan tulisan, belum lagi jika harus ada revisi. Setiap hari harus stay di depan laptop dan jemari tidak berhenti menari.
"Mereka mana paham soal dimarahi atasan jika ada tulisan yang tidak sesuai format. Mereka mana paham jika setiap minggu ada koreksi di group WhatsApp, dibaca semua anggota. Mereka mana tahu apa rasanya salah ruangan ketika diburu waktu."
Kamu duduk disampingku tanpa permisi, membuatku segera memasukkan smartphone ke dalam tas. Wajahmu hari ini berbeda, tidak seperti di kantor setiap harinya. Hari ini terlihat segar, tidak ada wajah lusuh karena pekerjaan.
"Kok tau kalo aku ada disini?" tanyaku.
"Tadi nggak sengaja lihat kamu keluar rumah. Jadi kalo nggak kesini kemana lagi kamu mau pergi? Ke caffe langganan? Weekend pasti rame dan kamu nggak suka itu."
Ternyata kamu masih paham kebiasaanku, batinku.