Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Umur Pekerja Jakarta Habis di Jalan

18 Maret 2012   14:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:52 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumlah pegawai kantor saya di Jakarta Pusat sekitar 600 orang. Dari segi tempat tinggal, mereka yang tinggal di wilayah Jakarta jumlahnya tak lebih dari 15 %, selebihnya menyebar di kawasan penyangga seperti Bekasi, Depok, Tangerang sampai Bogor.

Dari sisi alat transportasi yang digunakan oleh mereka ke kantor, dalam hitungan saya, sekitar 30 % menggunakan KRL, 20 % bus/angkutan umum, 35 % motor dan sisanya membawa mobil pribadi atau jalan kaki.

Setiap hari rata-rata mereka berangkat dari rumah dari jam 5 sampai jam 6 pagi dan pulang kembali ke rumah sekitar jam 8 atau 9 malam. Perjalanan dari rumah ke kantor  rata-rata antara 2-3 jam sekali jalan, atau 4-6 jam pulang pergi.

Dengan hitungan seperti itu berarti mereka menghabiskan waktu di jalan selama seperenam sampai seperempat dari waktu hidupnya. Itu waktu yang normal, kalau terjadi kemacetan di jalan, tentu waktu yang dibutuhkan lebih lama lagi.

Jika seorang pegawai mempunyai masa kerja selama 20 tahun di Jakarta, maka berarti ia menghabiskan sekitar 4 sampai 6 tahun di jalanan.

Kalau dihitung dari sisi produktivitas, waktu selama itu adalah waktu yang sangat tidak produktif dan sia-sia. Selama di perjalanan, para pegawai hampir tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa, bahkan seringkali disuguhi berbagai pemandangan dan peristiwa yang sering menyesakkan dada. Perilaku sopir bis dan angkutan kota yang cenderung ugal-ugalan di jalan, para pengendara motor yang saling berebut dan menyalip satu sama lain, KRL yang sesak dan penuh penumpang, bajai dan ojek yang mengambil jalur sembarangan adalah pemandangan yang biasa dilihat selama perjalanan.

Lewat catatan sekilas ini, saya ingin menuliskan sedikit pengamatan saya terhadap profil dan kinerja pegawai dalam hubungannya dengan alat transportasi yang dipakai ke kantor.

Pengguna KRL

Mereka yang naik KRL, apalagi yang ekonomi, sesampai di kantor biasanya sudah dalam keadaan kusut masai. Di dalam KRL, keadaan mereka seperti dipanggang dan penuh sesak seperti ikan pepes, untuk menggerakkan tubuh saja susahnya minta ampun.  Untuk bisa masuk dan keluar KRL saja perlu perjuangan yang tidak ringan.

[caption id="attachment_169464" align="aligncenter" width="442" caption="Krl Ekonomi yang selalu padat penumpang (Foto : antarafoto/Andika Wahyu)"][/caption]

Sisi positifnya, para pegawai yang menumpang KRL ini biasanya datang tepat waktu, jarang sekali mereka terlambat kecuali jika terjadi gangguan seperti KRL macet di perjalanan. Kalau ini terjadi, maka pegawaian dinas di kantor saya bisa “lumpuh”, karena pegawai yang menggunakan KRL berasal dari semua level, mulai level tukang bersih kantor, satpam, petugas pelaksana sampai ke manajer. Saya pribadi pulang pergi kantor juga menggunakan jasa KRL ini.

Pengguna Bis Umum

Pegawai yang menggunakan bis ke kantor biasanya agak rapi tiba di kantor. Selama di perjalanan mereka bisa tidur di bis karena mereka rata-rata naik dari terminal awal atau tempat pemberangkatan bis jemputan berbagai instansi yang cukup banyak disediakan oleh departemen-departemen pemerintah. Meskipun bukan pegawai departemen tersebut, kita bisa ikut naik bis departemen tersebut, tentu saja harus membayar.

[caption id="attachment_169465" align="aligncenter" width="360" caption="Jakarta yang selalu macet (Foto : republika.co.id)"]

13320819701248985605
13320819701248985605
[/caption]

Sisi yang kurang menguntungkan dari pegawai yang menggunakan bis sebagai alat transportasi ini adalah tingkat keterlambatannya relatif tinggi. Masalah ini bukan karena kesalahan atau kemalasan pegawai tersebut, tetapi lebih banyak karena faktor macet di jalan. Jalan-jalan di Jakarta, sebagaimana kita ketahui, tingkat kemacetannya semakin hari semakin menjadi, terutama di pagi dan sore hari, saat para pegawai berangkat dan pulang kantor. Kemacetan ini sulit diprediksi, jarak satu kilometer saja, kadang harus ditempuh dalam waktu satu hingga dua jam.

Pengguna Motor Roda Dua

Pegawai yang naik kendaraan bermotor roda dua rata-rata tepat waktu tiba di kantor, bahkan sering datang lebih pagi dibandingkan pegawai lain.

[caption id="attachment_169467" align="aligncenter" width="448" caption="Pengendara motor yang memenuhi jalanan Jakarta (Foto : b2w-indonesia.or.id)"]

13320820421252876397
13320820421252876397
[/caption]

Setiap kali naik kendaraan roda dua di jalan, suasanya mirip dengan arena tanding balap motor. Mereka harus pintar bermanuver di antara himpitan kendaraan lain, tak jarang mereka juga saling kejar dan salip satu sama lain. Setiba di kantor, wajah mereka tampak lega, mereka seperti habis memenangkan sebuah lomba balap.

Setelah memarkir kendaraan, melepas helm dan jaket, mereka akan berpantas diri dan menyisir rambut di depan kaca spion.

Naik kendaraan roda dua di jalanan Jakarta bukan tidak ada bahayanya. Beberapa rekan saya meninggal saat berangkat dan pulang kantor. Salah satunya, terjadi belum lama ini. Salah seorang rekan kerja yang pulang malam hari, terpeleset motornya ketika hendak pindah ke jalur busway di jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara, tiba-tiba dari belakang truk kontainer datang menyambar. Tubuh dan motornya tercerai berai, inna lillah.

Masalah lain yang sering dihadapi pengendara roda dua adalah banyaknya ranjau paku yang disebar di jalanan. Hampir setiap hari, ada saja rekan yang terlambat masuk gara-gara ban motornya gembos karena terkena paku ini.

Meskipun saat ini banyak relawan dan petugas yang setiap hari rajin membersihkan paku di jalanan, namun paku tersebut nampaknya masih banyak yang tersebar di jalan.

Saya sendiri pernah punya pengalaman dengan ranjau paku di sebuah jalan protokol Jakarta. Yang lebih merepotkan, di kawasan tersebut tidak ada tukang tambal ban di pinggir jalan, sehingga saya terpaksa harus menuntun motor sampai 1 km lebih jaraknya.

Pengguna Mobil Pribadi dan Penghuni Kos

Diluar pengguna KRL, bis umum dan kendaraan roda dua, ada juga pegawai yang menggunakan mobil pribadi dan ada juga yang kos di sekitar kantor. Untuk pengguna mobil pribadi rata-rata rumahnya berada di sekitar Jakarta. Mereka biasanya datang ke kantor tepat waktu, karena relatif tidak ada hambatan, paling-paling mengalami sedikit macet seperti pengguna bis umum.

Untuk yang kos, biasanya mereka adalah pegawai baru yang belum berkeluarga atau pegawai yang keluarganya tinggal di kota lain, tak ada masalah bagi mereka dalam soal transportasi ke kantor.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun