Mohon tunggu...
Aliya Devi Maharani
Aliya Devi Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Studi Agama-Agama-UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Oversharing di Media Sosial dan Cara Islam Mengatasinya

31 Mei 2022   12:31 Diperbarui: 31 Mei 2022   12:40 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BAHAYA OVERSHARING DI MEDIA SOSIAL DAN CARA ISLAM MENGATASINYA

Dunia semakin maju dan semakin modern. Kemajuan tidak bisa dibendung lagi. Dengan kemajuan tersebut, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan berkembang bahkan semakin modern. Dengan adanya teknologi, telah membawa banyak perubahan dan kemudahan dalam menjalani hidup. Dengan adanya gadget, bisa mendekatkan yang jauh dan terjalinlah tali silaturahim melalui media social. Hanya dengan mem-follow dan menyimpan nomer telepon saja sudah bisa mengetahui apa saja yang dilakukan pengguna melewati story-storynya.

Di era modern ini, banyak orang yang berlomba-lomba menaikkan jumlah like, followers, dan komentar di setiap postingan agar dapat pengakuan dari orang lain. Bahkan saking asyiknya bermedia social, tidak sedikit dari mereka yang sadar atau tidak sadar membagikan informasi-informasi yang bersifat pribadi atau aib. Berbagi hal di media social mungkin hal umum yang sering dianggap biasa bagi Sebagian orang. Namun jika berlebihan atau 'oversharing', resikonya dapat memicu terjadinya kejahatan.

Oversharing adalah sebuah pelaku yang membagikan informasi detail tentang kehidupan pribadinya di media social secara berlebihan. informasi itu bisa berupa foto, video, postingan, atau informasi pribadi yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari. Kamus Merriam-Webster mendefiniskan oversharing adalah berbagi atau mengungkapkan terlalu banyak informasi. Istilah ini digunakan untuk seseorang yang entah sadar atau tidak telah terlalu banyak mengumbar suatu informasi.

Seorang professor dari DePaul University Chicago, Paul Booth, menjelaskan bahwa interaksi yang dilakukan melalui media social adalah bentuk ikatan yang lemah, karena kita tidak face to face atau tidak bertatap muka secara langsung dengan lawan bicara. Ia menyebut perilaku oversharing bisa disebabkan oleh perasaan Fear Of Missing Out (FOMO) atau takut ketinggalan tren, momen, atau semacamnya.

 Misalnya, saat kamu melihat foto makan malam seorang teman yang terlihat sangat mewah dan menyenangkan, kamu juga akan tergoda untuk membagikan foto-foto pribadi kamu demi mendapatkan pengakuan dan simpati dari orang lain. Namun saat kamu mendapatkan jumlah like dan komentar tidak seperti yang kamu harapkan, kamu akan merasa sedih, kecewa, stress, serta berpikir bahwa kamu tidak disukai oleh teman-teman atau pengikutmu di media social. Itulah mengapa oversharing sering dikaitkan dengan Kesehatan mental, seperti depresi.  

            Oversharing biasanya terjadi karena seseorang merasa kesepian, sehingga membutuhkan perhatian dari media social. Para pelaku oversharing harus berhati-hati jika ingin membagikan informasi di media social karena jejak digital sulit untuk dihapus. Oversharing juga dapat menjadi boomerang bagi pelakunya. Berikut ini adalah bahaya oversharing di media social yang harus anda ketahui:

  • Mengundang niat jahat dari orang lain.

Sebagian orang mungkin menganggap informasi pribadi yang dibagikan di media social seperti memposting foto anak dan keluarga, share location, info alamat rumah dan kantor, plat mobil, dll adalah hal yang biasa. Namun di tangan hacker, hal tersebut bisa disalahgunakan untuk melakukan penipuan, pencurian, kejahatan siber, dan lain sebagainya.

  • Merusak reputasi.

Jika anda ingin memiliki karir atau Pendidikan yang baik, maka anda harus pintar memilah informasi yang layak dibagikan di media social anda.

  • Berkurangnya produktivitas.

Menurut sebuah penelitian, menggunakan nedia social bisa mengurangi produktivitas seseorang. Jika sudah menjadi candu, maka seseorang akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi di media social daripada di kehidupan nyata.

  • Memunculkan komentar atau tanggapan yang negative.

Kita tidak bisa mengendalikan seseorang untuk berkomentar positive seperti apa yang kita harapkan. Orang-orang di media social mudah sekali menerima hoax bahkan body shamming. Kita bisa membatasi dengan mengendalikan diri untuk tidak memposting hal-hal yang bersifat pribadi.

  • Pembobolan kata sandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun