Mohon tunggu...
Ali syahputra
Ali syahputra Mohon Tunggu... Guru - Ubah pemikiranmu maka duniamu akan berubah

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Efektifkah Jika Pembelajaran Jarak Jauh Dibuat Permanen?

12 Agustus 2020   20:00 Diperbarui: 14 Agustus 2020   07:03 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan di Indonesia di tangan Nadiem Makarim memulai babak anyar. pandemi COVID-19 membuat sistem banyak berubah, termasuk soal penerimaan peserta didik baru (PPDB) dan kegiatan belajar-mengajar. Siapkah para siswa beradaptasi dengan sistem saat ini?

Dua bulan terakhir mungkin mungkin menjadi periode paling pusing bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar hingga menengah atas. Mereka harus berurusan dengan sistem PPDB yang tak lazim karena pandemi. mulai dari registrasi daring hingga penerimaan siswa berdasarkan umur.

Selepas sengakarut PPDB kemarin, tahun ajaran baru 2020/2021 tetap akan dimulai pada pertengahan Juli. Setelah melewati harap-harap cemas pendaftaran sampai pengumuman penerimaan, para siswa harus bersiap menghadapi sistem pembelajaran daring yang kabarnya kan diteruskan menjadi sistem pendidikan permanen.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kabarnya akan diterapkan secara permanen dan hibrida. Maksudnya, meski pandemi COVID-19 berakhir sistem belajar mengajar di Indonesia akan tetap menggunakan model belajar daring yang digabungkan dengan tatap muka. 

Peta jalan pendidikan ini dijelaskan oleh Materi Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim saat rapat kerja bersama dengan Komisi X DPR RI, Kamis (2/7/2020). Menurutnya jika dilanjutkan potensi penyesuaian terhadao PPJ selama pandemi berpeluang untuk efisiensi teknologi.

Apalagi dalam sejarah Indonesia belum pernah ada eksperimen teknologi besar-besraran dari guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa seperti pada periode sekarang. Jadi bagi Nadiem Karim  "mumpung" sudah kecebur, basah saja sekalian. 

Jika memnag benar PPJ akan ditetapkan permanen maka Nadiem Karim harus terlebih dahulu membenahi fasilitas dan kemampuan siswa serta orang tuanya dalam menjangkau teknologi. Poin tersebut termasuk pemerataan jaringan, penguasaan teknologi, dan tentunya ketersediaan penunjang seperti gawai dan paket datanya. 

Tentu kita sudah sering mendengar cerita soal siswa-orangtua yang kesulitan mengikuti PPJ karena daerahnya tidak tersentuh jaringan internet. Kisah ini terulang pada Ayu, seorang wali siswa yang berasal dari jawa tengah. Wilayah tempat tinggalnya yang masuk daerah pegunungan membuat PPJ selama masa pandemi tidak berjalan maksimal.

Akses komunikasi di daerahnya sangat sulit. Jika ingin tersambung dengan dunia maya, maka warga haus memasang wi-fi. Tanpa perangkat tersebut mustahil sinyal bisa menembus gawai mereka, bahkan bagi provider sekelas Telkomsel sekalipun. Di tambah, langka orang tua siswa disana memakai ponsel pintar.

Jangankan Desa, Kota pun Sulit PPJ

Kesibukan Ida Rachmat bertambah beberapa bulan belakang. Ia harus mendampingi tak hanya sang anak, tapi juga tetangga orang tua murid lain untuk untuk mengaplikasikan pembelajaran daring. Ia tinggal di Jakarta, bukan daerah terpencil susah sinyal semacam Ayu. Anaknya pun bersekolah di sekolah dasar negeri di Jakarta Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun