Mohon tunggu...
Alissa
Alissa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Film "Salawaku", Perjalanan Mencari Kebenaran

21 Juli 2018   07:06 Diperbarui: 21 Juli 2018   07:36 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Salawaku merupakan film bergenre drama dengan Pulau Seram sebagai latar tempatnya. Film ini bercerita mengenai perjalanan Salawaku (Elko Kastanya) yang mencari kakaknya, Binaia (Raihaanun) yang tiba -- tiba meninggalkan desa. Pada proses perjalanannya, Salawaku ditemani oleh Saras (Karina Salim) seorang turis asal Jakarta yang diselamatkannya saat terdampar disebuah pulau pasir. Tidak hanya berdua, Salawaku juga ditemani oleh Kawanua (J-Flow Matulessi) yang merupakan anak Upulatu (kepala desa) sekaligus kekasih Binaia.

Film Salawaku menyuguhkan konflik yang sederhana namun penuh dengan kejutan. Fakta -- fakta mengenai kepergian Binaia dan alasan Kawanua yang sempat menghianati Salawaku untuk membantunya disampaikan dengan alur yang tidak biasa. Selain itu, kisah mengenai masa lalu Saras yang cukup kelam juga dikemas dengan tatanan gambar yang berbeda dari biasanya. Keputusan filmmakers untuk mencicil informasi mengenai masa lalu Saras berakhir pada sebuah simpulan yang mengejutkan. Penonton benar -- benar digiring untuk memahami sebuah konsep, bahwa hidup adalah tentang meninggalkan dan ditinggalkan.

Banyak hal menarik yang akan kita temui saat menonton film ini, salah satunya adalah perpaduan dua bahasa dalam dialog yang digunakan. Penggunaan bahasa daerah seperti "seng" yang artinya tidak dan bahasa gaul khas orang Jakarta seperti "gokil" atau "gagal paham" memberikan kesan tersendiri saat menikmati film ini.  Selain itu, karakter tokoh yang dibangun dalam film ini juga menjadi hal yang menarik. 

Karakter masyarakat Pulau Seram yang khas diwakili dengan apik oleh Salawaku, Kawanua, dan Binaia. Sedang Saras memerankan dengan sangat baik sosok masyarakat perkotaan yang tidak dapat lepas dari handphone dan internet. Kedua karakter ini berhasil menyatu dalam film ini dan membawa konflik yang ada menjadi semakin kuat.

Melalui film ini, penonton juga akan dibawa untuk menikmati keindahan alam Pulau Seram. Mulai dari awal hingga akhir film, filmmakers terus menyajikan bingkai panomrama Pulau Seram dari berbagai macam sudut. Pemandangan matahari, keindahan bawah laut, hingga asiknya padang ilalang di Pulau Seram dibingkai dengan baik dalam film ini. Seluruh rangkaian panorama ini sekaligus menyadarkan penonton akan betapa indahnya alam Indonesia.

Film Salawaku seolah menjadi jendela untuk melihat kondisi masyarakat khususnya perempuan Indonesia saat itu. Kepiawaian filmmakers dan seluruh aktor yang terlibat dalam pengemasan film ini berhasil membuat film ini menjadi pemenang Film Terbaik dan sejumlah nominasi lain dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2016. Selain itu, Film Salawaku juga ditayangkan dalam Tokyo International Film Festival (TIFF) 2016.

Film ini cocok menjadi referensi dalam mengemas isu global menjadi lebih lokal. Selain itu, pengambilan gambar yang tidak biasa juga menjadi referensi bagi penonton yang berniat membuat film dengan komposisi serupa. Pengemasan perpaduan dua budaya yang ada didalam film ini juga bisa menjadi referensi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun