Mohon tunggu...
Alisha Dinda Azzahra
Alisha Dinda Azzahra Mohon Tunggu... Full Time Blogger - a full time dreamer~

Mahasiswa S1 Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pentingnya Gerakan Kaum Pelajar dalam Menghadapi Isu Lingkungan dan Global

31 Oktober 2019   22:01 Diperbarui: 31 Oktober 2019   22:03 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika ada yang menyebut 'Global Heating' apa yang akan terbenak di pikiran kita? Atau apabila ada yang menyebut tentang kebakaran hutan di Palembang yang terjadi baru-baru ini, apa yang terbesit di pikiran kita? Mungkin bagi sebagian kita, hal seperti itu masih menjadi sekadar 'berita'.

"Ah, di Indonesia sudah banyak terjadi hal seperti itu"

"Ah, tidak perlu khawatir, pemerintah juga akan menindakinya"

"Tidak hanya disana kok, hal itu juga terjadi dimana-mana"

Atau, bagaimana dengan tanggapan mengenai aktivis-aktivis terutama anak muda yang peduli dan bergerak di bidang kemanusiaan, hak asasi manusia, dan lingkungan? Terkadang, memang sulit di zaman sekarang ini melakukan sesuatu tanpa dikomentari yang macam-macam oleh orang lain. Apalagi digitalisasi sudah tersebar luas. Semua orang dari segala kalangan dapat dengan mudah mengakses situs, kemudian dengan entengnya meninggalkan komentar tanpa berpikir tentang konsekuensi yang 'seharusnya' ditanggung.

Memang tidak mudah, melakukan perubahan besar di umur yang masih belia. Pelajar atau Mahasiswa yang masih mengenyam pendidikan bukanlah berarti tidak punya cukup ilmu untuk dapat secepatnya terjun membantu masyarakat. Bukan berarti karena biaya hidup masih ditanggung orang tua, pelajar tidak bisa mengemukakan pemikiran-pemikiran brilian dan justru malah tertahan karena takut akan kebebasan berargumen direnggut darinya. Tidak mudah memang. Sebenarnya apabila kita memerhatikan dengan lebih dalam, menyoroti segala aspek dan isu-isu yang terjadi di sekitar kita akhir-akhir ini, dunia sedang tidak baik. Bumi sedang tidak baik. Ibu Pertiwi sedang sakit. Banyak penyimpangan yang terjadi di sekitar kita. Dan tidak ada penindakan yang signifikan dari pihak manapun, jadi permasalahan yang tengah terjadi cenderung terabaikan begitu saja. Salah satu dari permasalahan yang sedang hangat akhir-akhir ini adalah isu tentang lingkungan. Dimana kita sebagai manusia yang notabenenya 'menumpang' hidup di planet bumi, dengan sengaja melakukan kerusakan atas lingkungan sendiri. Apa tidak mengherankan?

Tunjuk saja permasalahan Global Warming yang sudah ricuh dibicarakan sekitar awal abad ke-21. Kenaikan temperatur bumi di akibatkan oleh efek rumah kaca yang sudah semakin menumpuk di atmosfer, kemudian menaikan temperatur bumi secara perlahan dan bahkan hampir tak kita sadari. Kenaikan suhu tersebutpun berimbas pada mencairnya es di kutub, kemudian menaikan 'sea level'. Kemudian kenaikan suhu bumi juga berimbas kepada semakin sering terjadinya karhutla atau kebakaran hutan dan lahan. Sebenarnya banyak bagian-bagian kecil dari dampak global warming ini terjadi dimana-mana, tetapi kita kerap kali mengabaikan fenomena-fenomena tersebut. Pemerintah, yang seharusnya memberikan perhatian lebih pada isu lingkungan hidup rakyat saat ini, malah sibuk merevisi-revisi peraturan undang-undang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan isu lingkungan yang sudah seharusnya lebih diberi sorotan ini. Kemudian, di tangan siapa isu ini akan dibahas tuntas? Atau setidaknya mendapatkan sebuah aksi yang nyata secara langsung?

Jawabannya adalah kita, pelajar, mahasiswa, cendikiawan, tenaga pendidik. Sederhananya, kita sebagai rakyat kecil, masyarakat kita lebih sering terpapar langsung dengan kehidupan tanpa harus dibalut jabatan-jabatan tinggi yang biasanya sudah banyak terpengaruh segala aspek secara politis. Sebagai mahasiswa, sudah seharusnya kita ikut berkontribusi dalam banyak hal, mewakili suara-suara rakyat yang tidak tersampaikan khususnya pada pemerintah. Karena tanpa dukungan pemerintah, tentu kita akan kesulitan untuk melakukan apa-apa. Namun, ada juga hal-hal yang bisa kita lakukan tanpa harus menggugat dan mendesak pada penguasa agar membuat suatu regulasi tentang isu tertentu. Karena percuma, untuk apa juga suatu regulasi dibentuk apabila pengeksekusiannyapun tidak dilaksanakan dengan baik? Hal yang dapat kita lakukan sebagai rakyat terpelajar adalah untuk meminimalisasi hal yang dapat memperburuk kondisi lingkungan kita. Seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak memakai barang-barang berbahan plastik atau memakai sedotan plastik, kemudian kita juga bisa menanam tanaman di halaman-halaman rumah kita, membuat lubang biopori, dan sebagainya. Memang iya hal tersebut terlalu terkesan klasik. Tetapi tindakan merawat lingkungan yang kecil seperti ini dapat diterapkan setiap lapisan masyarakat dan merupakan hal paling visionaris yang dapat dilakukan seorang pelajar untuk masa depan orang banyak.

Sebagai generasi penerus Indonesia, sudah seharusnya kita memulai kontribusi kepada negeri sejak dini, karena hal tersebut memiliki esensi dan manfaat yang kelak pasti akan kembali kepada kita lagi. Ingat, di dunia ini tidak ada hal yang sia-sia. Apabila kita bertindak melawan isu lingkungan sekarang, aktif dalam menyebarkan awareness kepada orang-orang sekitar, dapat dipastikan bibit-bibit yang kita tanam tersebut, suatu hari akan kita panen dengan jumlah yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Generasi muda hanya punya satu keyakinan yang dapat membedakan generasi ini dengan generasi lainnya, yaitu harapan. Harapan selalu menguatkan api membara di diri-diri pemuda, harapan selalu menemani para pemuda pada saat mendesak agar kemerdekaan di proklamasikan. Maka itu, harapan selalu akan menyala di setiap insan bangsa dan menjadi kunci dari segala gerakan pemuda yang mengubah Negara kita, dan dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun