Mohon tunggu...
Irwan Aldrin
Irwan Aldrin Mohon Tunggu... Arsitek - Peminat Budaya

Tinggal di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Genderuwo" Pendidikan

29 Juni 2020   22:31 Diperbarui: 1 Juli 2020   14:11 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Genderuwo memang tak butuh dialog. Berargumen dengan mereka hanya akan membawa kita pada keletihan emosi, akal dan jiwa, karena mereka demikian lihai, trampil dan punya stamina tinggi untuk melakukan perdebatan semacam itu.

Siluman, sebagai mahluk halus juga suka merasuki orang. Jangan heran bila, seorang sehat tiba-tiba meracau. Para tokoh pembicara, yang sering muncul di televisi, juga mudah berubah pendapat dari waktu ke waktu.

Kaum siluman juga irasional. Keputusan mereka ambil tanpa pertimbangan dan pemikiran yang memadai. Akibatnya, kerusakan yang terjadi sulit diperkirakan besarnya. 

Mereka kelihatan berusaha memperbaiki sesuatu, tapi yang terjadi adalah makin banyak masalah baru. Dalam kitab suci dikatakan tentang jenis ini: kalau diingatkan kepada mereka supaya jangan merusak, mereka akan menjawab, kami ini sesungguhnya sedang memperbaiki.

Jangan heran, kalau kita tak pernah maju, karena kita terus sibuk menambal masalah-masalah baru. Kapan kita mulai serius bekerja untuk menaikkan peringkat PISA yang sekarang di nomor buncit, kalau di ibukota negara, kita masih pakai cara coba-coba untuk menyaring anak-anak masuk sekolah.

Genderuwo sebagaimana jenis hantu-hantu yang lain cuma bisa dilihat oleh mereka yang jadi korbannya. Orang lain tak bisa melihat. Kejadian di DKI ini adalah skandal besar, tapi mereka yang tidak terkena sulit sekali melihatnya. 

Jumlah mereka yang terdampak akibat keputusan ini sampai ratusan ribu anak. Lulusan SMP saja, tahun ini jumlahnya 153.016 orang. Hanya 33% yang bisa diterima di SMA dan SMK Negeri.

Jadi, hanya 33% yang bisa ditampung lewat PPDB. [1] 100 ribu anak tak tertampung di negeri, harus masuk swasta. Ini baru lulusan 2020. Apabila lulusan 2018 dan 2019 diikutkan dalam perhitungan, yang memang terjadi dalam PPDB DKI tahun ini, tentu jumlah 100 ribu ini akan bertambah lagi.

Mungkin juga genderuwo ini tak terlihat karena dia begitu menyeramkan, sehingga banyak yang pura-pura tidak melihatnya. Kemendikbud, contohnya, ketika ditemui oleh utusan orangtua (29/06/2020) mengatakan bahwa mereka baru memahami masalah ini. 

Hampir seluruh pemangku kebijakan seperti "buang badan", lepas tangan, serba enggan dan sangat lamban bertindak, seperti membiarkan kerusakan yang lebih besar terjadi.

Yang terakhir, genderuwo tak punya kemanusiaan. Tak perlu heran, karena mereka memang bukan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun