Kurang 10 menit pukul 12 siang, saya bergegas menuju masjid terdekat dengan langkah sedikit gontai. Jumatan kali ini saya memakai baju batik yang cukup lama menganggur  dan tergantung di lemari selama WFH. Aroma bau lemarinya saya samarkan dengan sedikit parfum Casablanca.  Pemeriksaan dilakukan sebelum masuk ke dalam masjid.
Jamaah antri melewati gerbang penyemprotan disinfektan setelah sebelumnya mencuci tangan di westafel yang sudah disediakan. Masing-masing orang terlihat membawa sajadah dan diharapkan sudah berwudhu dari rumah. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan suhu tubuh dengan alat thermo gun yang di arahkan ke dahi. Tidak sakit bahkan tidak terasa sama sekali apalagi merusak otak?
Ruangan masjid sudah tidak menggunakan karpet seperti keadaan sebelum Pandemi Covid-19 melanda. Lantai masjid diberi tanda silang untuk menjaga jarak setiap jamaah.
Saya mencoba mencari posisi duduk yang nyaman dekat tiang sebagai sandaran kala kondisi lelah, letih, lesu dan mengantuk datang bersamaan. Proses pelaksanaan sholat Jumat berjalan lancar. Khatib membaca khutbah secara singkat dan padat dan sholat pun disegerakan.
Setelah mengucapkan salam, saya duduk terpekur merenung. Membayangkan hal-hal yang terjadi di sekitar. Peristiwa kemarin, hari ini dan esok hari yang masih penuh tanda tanya. Membayang di benak saya akan kondisi yang seakan tak pasti akibat pandemi ini. Bayangan resesi yang dikuatirkan seakan sudah di depan mata, dan jika itu datang maka seberapa kuat kita menghadapinya.Â
Pertanyaan terbodoh sempat terlintas dalam hati, Tuhan kemana? Â di mana? dan kenapa diam saja?. Juga negara, pemerintah dan para pemangku kuasa, apa yang kalian lakukan?. Apakah saya harus mengharap dan mendoakan negara ini supaya bisa bertahan dari resesi yang ada di depan mata atau saya harus menertawai saja mereka?
Di saat-saat itulah kemudian sahabat saya datang berkelebat dengan jubah putih dan kepakan sayap yang gagah. Dia mendekat dan membisikkan sesuatu ke telingaku  yang masih duduk terpekur.
"Jangan pernah meragukan Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan. Panjatkan doa supaya Negaramu  mampu bertahan dalam kondisi ini. Jikapun hal yang terburuk akan datang, setidaknya kalian diberikan kekuatan untuk menjalani, melewati dan memenangkannya. Kalian akan menjadi kuat. What Doesn't Kill You Make You Stronger. Dengan doa seperti itu sebenarnya elo sudah mendoakan dirimu sendiri, anak istrimu, keluargamu besarmu, teman-temanmu serta orang sekelilingmu yang mengalami kesulitan. Kalau kamu malah menertawakan atau bahkan menyindir dengan kondisi seperti ini, artinya kamu sebenarnya menertawakan dan menyindir dirimu sendiri, anak istrimu, keluargamu, serta teman-temanmu yang mungkin sudah mengalami kesulitan hidup. Elo kan tidak hidup di negeri antah berantah. Elo hidup di sini dan makan di sini, kan?".
Saya tersentak dibuatnya, namun dia sudah pamit hendak bergegas terbang dan meninggalkan saya.
"Satu lagi bro, jangan lupa pasang bendera di rumahmu", ucapnya sembari menarik jubahnya yang sempat tertindis oleh pantat saya.
Saya bangkit tegar berjalan keluar masjid. Di depan, sendal saya sudah tinggal sendirian menunggu pulang sambil menganga seakan mengingatkan janji saya membawanya ke tukang sol sendal setelah tanggal 25.