Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jangan Bayar Zakat Online, Kalau...

6 Mei 2021   06:13 Diperbarui: 6 Mei 2021   06:19 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock via kompas.com

"Bapak-bapak, Ibu-ibu sekalian, silakan yang akan menunaikan zakat fitrahnya, sudah bisa dilayani di masjid Cibangkonol..." terdengar suara Mang Jemon, pengurus masjid Cibangkonol melalui toa masjid sore itu. "

Beberapa warga yang sedang berkumpul di pos ronda, termasuk si Kabayan saling melirik. "Wah iya, sudah dekat lebaran, sudah harus bayar jakat...." kata Mang Odon. "Lumayan juga euy, tujuh orang kali tigapuluh ribu, dua ratus sepuluh ribu atau hampir 20 kilo beras. Berat juga ngangkutnya!"

"Iya lah, Mang Odon kan pasukannya banyak, kalau saya kan cuma dua orang. Nanti si Iteung numbuk padi setengah karung kecil juga beres..." timpal si Kabayan.

"Pake duit saja, kalau mau enteng..." Mang Sadut ikut menimpali.

"Iya gampang kalau ada duitnya..." sahut Mang Odon. "Kalau saya harus bayar 210 ribu, malah tekor. Saya harus jual beras dulu untuk punya duit. Sekilo paling sepuluh ribu, dua kilo setengah cuma 25 ribu. Jadinya 175 ribu saja dapat duitnya. Harus jual lebih banyak. Ya mending langsung saja berasnya dikasih!"

"Perhitungan amat sih Mang! Lagian kalau nggak ada ya ngaku miskin aja, kayak BLT itu..." si Ubed nimbrung.

"Petugas BLT bisa dibohongi, tapi Allah nggak bisa dibohongi, Bed!" kata si Kabayan. "Saya mah biar miskin juga nggak mau ngaku-ngaku miskin. Apalagi untuk bayar jakat. Selama masih mampu nggak bakalan ngaku nggak mampu. Bila perlu ngutang dulu!" 

"Ya nggak juga Kang Kabayan. Bukan soal gengsi juga. Kalau misalnya tahun ini memang nggak mampu ya jangan maksa sampai harus berhutang. Justru yang gitu berhak menerimanya," kata Kang Jana. "Kecuali kalau minjemnya itu karena waktunya sudah mepet, belum sempat numbuk padi atau ngambil duit di ATM, nah itu bisa."

"Saya kan nggak mampu Kang, belum kerja..." kata si Ubed lagi. "Jadi saya nggak perlu bayar kan?"

"Kamu memang nggak perlu, tapi itu kewajiban orang tuamu. Zakat itu harus dibayar dari penghasilan sendiri. Kalau belum punya penghasilan, ya berarti masih jadi tanggungan orang lain!" kata Kang Jana lagi.

"Masak iya bapakmu nggak bisa bayar. Kamu masih dibekali hape, pulsanya ada terus, masak iya untuk jakat setahun sekali nggak bisa!" Mang Sadut menimpali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun