Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Angeun Tutut Istimewa

26 April 2021   05:20 Diperbarui: 26 April 2021   06:52 2311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angeun Tutut (dokpri)

Ah, untung saja Kabayan nggak ikutan bukber virtual sama si Ubed di pos ronda. Bisa-bisa cuma memandangi makanan orang lain yang enak-enak tapi dianya sendiri nggak makan apa-apa. Sampai di rumahnya, ternyata Nyi Iteung di rumah sedang masak istimewa.

Bagi orang Cibangkonol sepertinya, masakan itu sebetulnya nggak istimewa-istimewa banget, sering banget ditemukan. Gratis, bahannya tinggal ngambil di sawah. Tapi yang istimewa karena sudah lama Nyi Iteung tak membuatnya, dan tak menyuruh Kabayan untuk mencarikan bahannya dulu; angeun tutut.

Tutut adalah sejenis keong kecil yang biasa terdapat di sawah, empang, atau tempat berair lainnya. Kata Kang Kodir, penyuluh pertanian, tutut punya nama keren, pila ampullacea. 

Tutut berbeda dengan keong emas yang punya nama keren pomacea canaliculata. Kalau keong emas sering dianggap hama karena merusak padi dengan menempatkan telornya yang berwarna pink sembarangan, tutut tidak dianggap hama.

Orang Cibangkonol juga males makan keong emas, meski ukurannya lebih besar. Katanya sih, terlalu alot dagingnya. Jadi kalau lagi ngarembet (membersihkan sawah dari tanaman pengganggu), tutut biasanya dipulung dan dikumpulkan untuk dibawa pulang dan dimasak, sementara keong mas lebih sering dikumpulkan buat makanan bebek atau itik.

"Mau ikut makan nggak?" tanya Nyi Iteung.

Kabayan mengangguk.

"Bersihkan dulu tututnya!" kata Nyi Iteung lagi.

Kabayan menurut. Tutut sebaskom itu lalu dicucinya, digosok cangkangnya biar bersih dan dipotong ujungnya. Pemotongan ujungnya itu bertujuan agar kotoran tutut bisa dibuang, dan juga nantinya memudahkan untuk dicrok-crok (disedot langsung dari cangkangnya saat memakannya bersama kuahnya). Sebelum itu, lebih bagus lagi kalau tutut sudah direndam dalam air bersih terlebih dulu. Tujuannya biar kotorannya pada keluar. Semakin lama merendamnya semakin bagus.

Sementara itu Nyi Iteung menyiapkan bumbunya, bawang merah, bawang putih, bawang daun, kunyit, kemiri, daun salam, sereh, laos, cabe rawit, dan tentu saja gula-garam secukupnya. Bumbu-bumbu yang tak terlalu sulit didapatkan.

Iteung mengulek bawang merah-putih, kunyit, dan kemiri dan menumisnya, lalu memasukkan daun salam dan sereh. Tutut yang sudah dibersihkan Kabayan pun dimasukkan, dan ditambahi air secukupnya dan gula-garam. Ia juga menambahkan cabe rawit, karena memang doyan pedas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun