Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (117) Belajar Bahasa Jerman, atau...

1 April 2021   20:32 Diperbarui: 8 April 2021   10:41 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso mengangguk, "Begitulah keadaannya, Nyonya..." jawab Soso. "Justru karena itulah saya makin ingin mengetahuinya, apa yang salah dari teks-teks itu sehingga harus dilarang.."

"Kan ada terjemahannya dalam Bahasa Rusia!"

"Nyonya pasti tahu bagaimana buku teks terjemahan itu..."

Perempuan itu tersenyum. Duh, bahkan senyumnya pun mirip banget sama si Sabine, anaknya. Jangan-jangan si Sabine itu nggak ada mirip-miripnya dengan bapaknya, semuanya nurun dari ibunya. "Kapan kau mau belajar?"

"Saya hanya bisa jam istirahat seperti ini, Nyonya..."

"Datanglah ke rumahku, mulai besok!"

"Bagaimana dengan bayarannya, Nyonya?" tanya Soso.

"Kita bicarakan besok!"

*****

Setelah mendapatkan alamat tempat tinggalnya yang ternyata tak jauh dari kedai itu, Soso mendatangi rumah Nyonya Hannah Ulser keesokan harinya. Si Kamo ikut, dia bilang ia juga mau belajar Bahasa Jerman, padahal Bahasa Rusianya saja masih belepotan sampai saat itu. Soso sudah melarangnya, tak ada pentingnya belajar Bahasa Jerman saat ini. Tapi dia tetap ngotot. "Aku kan bayar juga nanti!"

Tapi akhirnya, si Kamo yang menyerah sendiri. Lidahnya bener-bener belepotan walau hanya untuk mengatakan 'das, der, die.' "Kau saja lah yang belajar... nanti aku kau ajari!" katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun