Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (112) Cerita Si Kamo dari Markas Tentara

22 Maret 2021   21:23 Diperbarui: 23 Maret 2021   22:36 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso mengabaikan dulu soal itu, ia akan memikirkannya nanti. Ada satu bagian dari cerita si Kamo yang menarik, yaitu soal badan sensor.

"Kamo, kau nggak tanya lebih lanjut soal badan sensor itu?"

Kamo menggeleng, "Untuk apa, aku sudah cerita panjang lebar sama dia, kan intinya sudah, aku dapat info soal buruh itu, dan mungkin si Lado ada di sana. Jadi apa hubungannya dengan sensor itu?"

Soso menggeleng. Panjang urusannya kalau ia bercerita soal itu pada si Kamo sekarang. Mungkin nanti kalau ada waktu, ia bisa menanyakannya pada Pangeran Ilia yang masih terlibat dengan urusan suratkabar.

Jujur saja, informasi yang dibawa pulang si Kamo itu bener-bener sangat penting. Bukan soal nasib si Lado saja, soal sensor itu, dan juga tentang bagaimana tentara juga mengetahui apa yang sedang terjadi di Tiflis dan bahkan di dalam seminari pun tak lepas dari pantauannya.

Ada rasa was-was, tapi ia mencoba menenangkan diri. Tentara mungkin belum bener-bener masuk, karena itu wilayah 'kekuasaan' gereja, sebuah lembaga yang juga dihormati dalam kekaisaran, karena juga dilindungi oleh Tsar. Tapi bukannya tak mungkin, kalau ada apa-apa, bisa saja seminari meminta bantuan pula pada tentara, atau sebaliknya, tentara yang terpaksa masuk.

Duh.

*****

BERSAMBUNG: (113) Razia Toko Buku di Tiflis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun