Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (112) Cerita Si Kamo dari Markas Tentara

22 Maret 2021   21:23 Diperbarui: 23 Maret 2021   22:36 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Barulah pada jam istirahat, ketika ia mengunjungi Sarang Setan seperti biasanya, si Kamo sudah kembali.

Ia pun menceritakan kisahnya:

*****

Markasnya luar biasa besar. Di gerbang aku ditanyai penjaga. Kubilang saja akan menemui omku, Adara Ter-Petrosian. Pangkat dan jabatannya apa, kubilang saja aku tak tahu, karena memang tak tahu. Ia menanyaiku terus, pake Bahasa Rusia, aku ngerti sedikit-sedikit. Ketika mereka tahu aku berbahasa Armenia, dipanggilnya tentara lain yang berbahasa Armenia.

Ternyata, tentara yang itu mengenali pamanku. Dan karena sedang tak ada kesibukan, aku diantarnya masuk dan menemui pamanku. Aku sendiri nyaris lupa sama dia. Kalau saja wajahnya nggak mirip bapakku, dan aku juga mirip dengannya, ia mungkin tak mengenaliku.

Pamanku itu pernah ikut perang di Uzbekistan. Ia tentara cabutan karena kekurangan orang. Bapakku, selain memasok alat-alat keperluan tentara, juga kadang ikut merekrut tentara. Karena dulu pamanku nganggur, luntang-lantung di Yerevan, ia ikut bergabung menjadi tentara. Untungnya beberapa kali ikut perang, dia selamat.

Setelah perang itu dia balik kandang, pasukannya banyak yang kembali ke Armenia, terutama di Yerevan. Ia sendiri memilih untuk berada di Tiflis, karena dekat dengan kakaknya, bapakku, yang tinggal di Gori. Bapakku juga sering bolak-balik Tiflis, juga ke Yerevan.

Sejak ke Tiflis, ia hanya pernah ikut ke Chechya, bukan perang, tapi pengamanan. Komandannya adalah Ajudan Jenderal Ivane Amilakhvari, yang sekarang jadi Panglima Distrik Militer Kaukasus. Tadi aku sempat melihat orangnya, tinggi, gagah, tampan, botak, dengan cambang yang lebih panjang daripada jenggotnya.

Pamanku sendiri ya tentara biasa.

Setelah cerita ngalor-ngidul mengenai rencanaku, aku mulai memancing-mancing dia agar cerita soal keadaan di Tiflis.

Katanya, seperti halnya Yerevan dan Baku, Tiflis juga rawan dalam hal keamanan negara. Banyak kelompok-kelompok pemberontak yang kelihatannya saat ini diam, tapi melakukan pergerakan di bawah tanah. Sebagian dipimpin para bangsawan lokal yang kecewa karena kehilangan hak istimewanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun