Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (107) Menelusuri Asal-usul

17 Maret 2021   20:10 Diperbarui: 18 Maret 2021   18:26 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

"Bi Anna?" tanya Soso.

Perempuan itu mengernyitkan dahinya.

"Saya Joseph Djugashvili, anaknya Mak Keke, Ekaterina Geladze..." Soso memperkenalkan dirinya.

Perempuan itu langsung tersenyum lebar dan segera menghambur lalu memeluk Soso. "Aah Soso... maafkan Bibi, Bibi tak mengenalimu lagi..." katanya sambil menepuk-nepuk pundak Soso yang lebih tinggi darinya, "Ganteng sekali kau sekarang.. ayo masuk!"

"Saya bayar kereta dulu Bi, sama manggil temen saya..." kata Soso. Ia senang karena, sudah sampai di tujuannya.

Tas yang dibawa Soso diturunkan dari kereta. Si Abel juga turun. Soso membayar sewa kereta dan berterimakasih pada kusirnya. Bi Anna langsung mengajaknya masuk ke dalam rumah sederhana itu, dan sibuk memberesinya.

"Duduk dulu So... Bibi buatkan minum!" katanya.

*****

Bi Anna hanya tinggal berdua dengan suaminya, Yakov Sinidze. Nyaris seperti kisah ibunya yang seringkali keguguran, Bi Anna juga demikian. Dan celakanya, tak ada seorangpun anaknya yang selamat.

"Makanya dulu Bibi sering mengunjungimu, menimangmu, berharap segera punya anak sendiri..." ceritanya saat makan malam digelar, hanya berempat, Om Yakov, Bi Anna, Soso, dan si Adel.

Menu yang disajikannya kurang lebih sama, kacang lobio, terong badridjani, dan roti lavashi kental. Yang istimewa adalah karena Bi Anna menyajikan mtsvadi,[1] karena kebetulan pamannya baru saja membelinya siang tadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun