Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (106) Catatan yang Hilang

16 Maret 2021   11:40 Diperbarui: 17 Maret 2021   20:14 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Selain itu, Inspektur Dmitri alias Mister Black Spot, kembali berulah. Dengan tongkat kayu yang baru --karena yang lama hilang dicuri si Ararat di Bazaar Armenia atas perintah Soso---ia mulai bertindak keras lagi. Setiap pagi, setelah sarapan dan sebelum masuk kelas, di lapangan berjejer puluhan anak yang menjalani hukuman karena berbagai pelanggaran, terutama yang ringan, karena yang berat hukumannya berbeda.

Para pengawas, anak buah Inspektur Dmitri, kemana-mana membawa catatan. Siapapun yang membuat pelanggaran, langsung dicatat, selain tentu saja hukuman langsung atau hukuman yang harus melewati sidang.

Lebih dari itu, ada kebijakan lain, merazia tempat-tempat di luar lingkungan sekolah, dan menerapkan hukuman langsung di sana. Tiga siswa yang kedapatan 'nyasar' di kawasan prostitusi sekitar Bazaar Armenia, disuruh push up di sana (karena tak terbukti ngapa-ngapain, hanya berkeliaran saja di sekitar situ). Bayangkan saja kalau kedapatan sedang ngapa-ngapain, mungkin juga langsung dipulangkan.

Toko Buku Merah Gege Imedashvili, beberapa kali juga disatroni. Siswa yang membaca buku terlarang memang tidak dihukum langsung, tapi dicatat. Kawan Soso yang sudah tak akrab lagi, si Said Devdariani, pernah kena razia itu.

Untunglah, Soso dan kawan-kawannya sudah punya markas. Mereka sudah jarang membaca dan nongkrong di toko buku itu, hanya meminjam atau membelinya, lalu membawanya ke Sarang Setan. Membaca dan menyimpannya pun di sana.

Dan semua itu makin intens menjelang ujian semester.

Dalam sebuah kumpul-kumpul di Sarang Setan, Soso terpaksa harus menerapkan strategi pengamanan.

"Jangan pergi ke sini rombongan, berangkat satu-satu. Kalau perlu jalannya memutar dulu, jangan langsung..." katanya. "Jangan berlama-lama di toko buku, pinjam atau beli, lalu bawa ke sini. Hati-hati, jangan sampai papasan dengan anak buah Mister Black Spot. Kalau ketahuan, jangan sebut-sebut tempat ini!"

Tak ada yang membantah, semua tahu situasinya.

*****

Beberapa hari menjelang ujian, Abel Yenukidze, anak buah Soso kedapatan membawa bukunya Leo Tolstoy dari toko buku Gege Imedashvili. Tadinya hanya dicatat saja oleh pengawas yang memergokinya, tapi karena si Abel keceplosan misuh-misuh, buku itu dirampas dan disobek-sobek. Catatannya ditambah, bukan hanya 'membaca buku terlarang' tetapi melawan pengawas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun