Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Strategi Anti-Ghosting ala Tukang Kredit

10 Maret 2021   12:05 Diperbarui: 10 Maret 2021   12:12 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan Tukang Kredit dalam Sinetron Si Doel Anak Sekolahan (youtube RCTI via pikiran-rakyat.com)

"Iya Mang, jangan-jangan kayak pinjaman onlen itu, pake neror orangnya lewat telepon, sampai-sampai keluarga dan kenalannya yang ada di buku telepon juga ikut-ikutan ditagihin?" tambah Bi Enah.

"Ya enggak gitu juga kali Bi, kalau itu sih namanya kebangetan," jawab Mang Dadang. "Ngasih pinjemannya nggak jelas, modal nomer hape dan KTP. Antara yang minjem dan yang dipinjemin sama-sama nggak kenal, sama-sama nggak pernah saling ketemu. Kalau saya kan jelas, yang saya kasih barang itu orangnya saya tahu, tempat tinggalnya saya tahu, tetangganya juga saya kenal semua.."

"Terus?" tanya Ceu Imah.

"Tukang kredit itu bisnis yang mengandalkan kepercayaan di antara kedua belah pihak, terutama dari tukang kreditnya sendiri. Pertama, dia percaya nggak kalau orang yang dikasih itu mau dan mampu bayar. Misalkan Ceu Imah mau ngredit panci 50 rebu. Cicilan seribu sehari. Karena cicilannya kecil, saya yakin Ceu Imah mampu. Tinggal dilihat, apakah Ceu Imah ada terus tiap hari di rumah atau enggak. Kalau Ceu Imah sering pergi ya jangan dikasih, kasih saja cicilan lima ribu seminggu..." jelas Mang Dadang.

"Kalau minjem barang 250 ribu cicilan seribu sehari bakal dikasih?" tanya Kang Kardi.

"Bisa saja, asal ya itu, orangnya kelihatan tiap hari. Misalnya jualan pecel tiap hari, atau ibu rumah tangga juga nggak apa-apa kalau dia selalu ada..." imbuh Mang Dadang. "Banyak juga kok ibu rumah tangga biasa yang nyicil barang gede dan saya kasih. Apalagi kalau cicilan sebelumnya lancar!"

"Kalau nih ya, barang 50 ribu, cicilan seribu sehari, terus baru setengah, orangnya kabur. Gimana tuh Mang?" tanya Bi Enah.

"Ya itu, makanya harga barang di tukang kredit disebut mahal. Panci 20 ribu dijual 50 ribu. Kenapa? Ya karena biaya nagihnya lebih besar. Tiap hari harus datang, harus keliling..." kata Mang Dadang. "Itu juga bagian dari pengaman, kalau sehari seribu dan baru bayar setengahnya terus orangnya kabur dan nggak bisa dicari, kan setidaknya nggak rugi, masih untung lima ribu!"

"Tetep akan ditagih?" tanya Kang Kardi.

"Ya kalau orangnya ada ya ditagih, kan hak kita, bagian dari perjanjian..." jawab Mang Dadang. "Kecuali kalau orangnya bener-bener hilang. Ya sudah, anggap saja bukan rezeki..."

"Nggak nagih tetangga atau saudara-saudaranya?" tanya Ceu Imah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun