Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (97) Renungan Diri

6 Maret 2021   20:43 Diperbarui: 7 Maret 2021   21:31 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Pak Berat mengangguk, "Maaf ya, bukan meremehkan, tapi banyak diantara mereka yang mengelola usaha penyelundupan berbagai barang, ada hasil curian dari kapal, tadahan dari pabrik-pabrik, hasil membegal barang yang sudah turun atau belum dinaikkan ke kapal, dan sebagainya..." jawabnya. "Kalau mau nyari barang murah, bisa di sana, sepatu, baju, mantel, kain, peralatan logam, senjata. Tapi ya itu, kau beli sekarang, bayar, pulang, bisa-bisa pas di rumah, barangnya sudah tak ada lagi, atau berganti dengan barang yang bukan kamu beli!"

Soso melongo mendengar kisah itu. Ia membayangkan, orang Armenia yang ada di Tiflis yang jumlahnya sangat banyak itu. Tiba-tiba di tempat yang jauh seperti itu, mereka juga bisa sampai dan membuat kelompok sendiri. Padahal, Armenia kan jauh, lebih jauh lagi dari Tiflis, tapi bisa juga mereka sampai ke sini untuk mencari nafkah.

Soso juga teringat dengan kejadian di pabrik sepatu Adelkhanov yang melibatkan Sergei Kustov dan seorang Armenia yang jadi anteknya mencuri sepatu. Orang itu menghilang, sementara pekerja anak seperti si Ogur dan kawan-kawan yang menjadi korban. Peristiwa itu juga menyebabkan demo buruh, dan berujung dengan nasibnya sendiri yang harus menyingkir sementara dari Tiflis, bersembunyi di Poti, dan malah ikut ke Novorossiysk sekarang. Jangan-jangan, sepatu yang dicuri dari pabrik itu juga dibawa ke sini, bukan ke perbatasan Rusia-Otoman-Persia.

Soso penasaran, tapi tak mungkin lah ia pergi untuk menyelidikinya. Percuma.

Tak lama kemudian, kereta kuda melewati sebuah celah yang agak sempit. Di sebelah kiri tebing yang curam, sementara di kanannya hutan lebat. Pak Berat mengatakan kalau mereka sedang melewati daerah Tsemesskaya yang ditakutinya itu. "Kau bayangkan saja kalau lewat di sini malam hari..." katanya. "Jangankan ada begal, tak ada apapun jalannya mengerikan begini kan?"

Soso memahami ketakutan Pak Berat dan kusir-kusir lainnya, apalagi mereka yang mengangkut barang berharga. Tempat itu memang sangat strategis buat para begal, banyak celah untuk menyerang, dan banyak tempat untuk kabur atau bersembunyi. Untunglah, mereka melewatinya siang hari. Selain jalanan terlihat jelas, banyak rombongan kereta lain yang melintas, baik yang searah, maupun yang berlawanan.

 Tak lama mereka melewati sebuah tikungan tajam mengikuti kontur perbukitan. Lalu tiba di sebuah dataran lagi yang lumayan ramai, banyak rumah-rumah dan bangunan lagi. Pak Berat menghentikan keretanya di depan sebuah bangunan rumah besar dan cukup mewah.

"Sudah sampai. Itu rumahnya!" katanya pada Soso.

Soso dan Natela turun dari kereta. Mereka meminta Pak Berat untuk menunggu. Jika Tuan Nikoladze benar ada di sana, tinggal dilihat nanti, apa katanya. Kalau tidak, ya terpaksa mereka harus kembali ke penginapan.

Saat Soso dan Natela berjalan kea rah rumah itu, seorang lelaki berbadan besar mendekati mereka. "Ada perlu apa?" tanyanya dalam bahasa Rusia.

"Saya mencari Tuan Nikoladze dari Poti!" jawab Soso.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun