"Ada banyak hal yang sedang kukerjakan di sini. Aku juga harus berangkat ke Istanbul untuk melihat lagi Hagia Sophia yang akan kutiru untuk pembangunan gereja di Poti sini," lanjut Tuan Nikoladze. "Tapi tak usah khawatir, kau akan kutitipkan di rumah, siapa itu, Pak Didi, kalau untuk tinggal. Selain itu, tiap hari kau harus datang ke sini, ke kantor ini untuk membantu apa saja. Nanti akan kuberikan tugas-tugas yang mungkin bisa kau kerjakan..."
Soso bengong, dan tak tahan untuk tak bertanya lagi. "Maksud Tuan?"
"Anggap saja kau sedang magang di sini!" jawabnya. "Kalau aku ke sini, kita bisa diskusi sambil mengerjakan ini itu, tapi kalau aku sedang pergi, kau mungkin perlu mengerjakan yang lain!"
Soso lega. Artinya, ia tak perlu meninggalkan Poti. Apa yang disampaikan oleh Tuan Nikoladze itu baginya sudah lebih dari cukup. Ia tak bisa meminta lebih. Toh ia juga tak tahu apa yang sebetulnya disampaikan atau diminta oleh Pangeran Ilia dalam suratnya itu.
"Baik Tuan, saya ikut saja..." kata Soso.
Tuan Nikoladze lalu berdiri dan memanggil seseorang. "Panggilkan aku Pak Didi!"
Tak lama, Pak Didi, orang yang pertama kalinya ditemui Soso di kantor walikota itu datang, dan terlihat kaget dengan kedatangan Soso. Ia menyapanya, lalu segera menghadap Pak Nikoladze.
"Carikan tempat tinggal untuknya, untuk sekitar dua mingguan. Kalau ada kamar di rumahmu, itu lebih baik. Segala keperluannya, nanti kuomongkan dengan bagian rumah tangga.." kata Tuan Nikoladze.
Pak Didi mengangguk, "Biar di rumah saya saja Tuan. Ada kamar kosong, meski tak bagus..." jawabnya.
"Ya sudah kalau begitu. Kau ajak dia nanti. Terus, besok, ajak dia ke sini, setiap hari seperti waktu kerjamu.." kata Tuan Nikoladze lagi. Ia lalu melirik Soso, "Kau, ikut dia sekarang. Beristirahatlah. Besok temui aku di sini!"
Soso mengangguk, "Baik Tuan!"