Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Surat Cinta untuk Paul Pogba

23 Januari 2021   07:07 Diperbarui: 23 Januari 2021   16:42 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Di MU saat ini, kau sudah hampir mendapatkan semuanya. Gaji sudah jelas. Mau disorot jadi bintang juga bisa. Tak terlalu banyak sainganmu. 

Maguire sudah mundur teratur dari pentas. Dia sudah nyerah disorot sambil dibanding-bandingkan dengan duitnya. Van de Beek? Yang bukan penggemar MU malah sudah banyak yang lupa kalau dia main di MU sekarang.

Bruno Fernandes? Tenang, dia pemain yang tak terlalu suka sorotan. Justru dia bisa membantumu menjadi lebih banyak disorot. Cavani? Sehebat apapun musim ini, umurnya nggak bakalan panjang, paling nasibnya seperti Ibra. Jadi, apapun pilihannya, MU itu sudah cocok buatmu. Mau jadi bintang dan disorot, atau sebaliknya.

Sudahlah, jangan dengerin agenmu, si Mino Raiola itu. Dia mah biang kerok. Motifnya jelas, bukan mikirin nasibmu, tapi mikirin kantongnya sendiri. Semakin sering kau pindah klub, semankin banyak bonus yang dikantonginya.

Belajarlah dari nasib Ibra yang juga kolegamu satu manajemen. Tak ada yang meragukan kehebatannya. Bahkan di usia senjanya seperti sekarang. Tapi kalau nanti dia pensiun, penggemar klub mana yang akan menjadikannya legenda dan mengenangnya berlama-lama? Sementara dia juga tak pernah lama tinggal di satu tempat, terus malah pindah ke rumah musuh?

Lihat saja, di klub lamanya, Malmo, tak ada lagi yang sudi menyebut namanya. Apalagi sejak dia nanam saham di klub Hammarby yang jadi seteru Malmo. Patungnya pun dikencingi dan dirubuhkan.  

Belajarlah juga dari Mario Balotelli, yang juga sama anak asuh si Mino. Setelah dipuja-puja, dibawa ke Inter, lalu City, nyebrang ke Milan, nyasar ke Liverpool, terbuang ke Nice, Marseille, Brescia... dan sekarang di Monza yang main di Serie B... Bakat nggak keasah, penghasilan tambah melorot.

Lama-lama nanti ditawarkan ke Persib, main jelek dan ngisruh juga, dipinjamkan ke PSG-C (Persatuan Sepakbola Galuh Ciamis, bukan Paris Saint-Germain), dibuang pula, terus main tarkam di piala Agustusan Cibangkonol. Halah....

Siapa lagi? Banyak. Lihat nasib Lukaku (bukan Lukamu), Mkhitaryan, Donnarumma, Moise Keane, Erling Haaland. Lagi betah-betahnya di satu klub, diobrak-obrak suruh pindah. Naik dikit prestasinya (kira-kira naik pula harganya), pasti disuruh pindah lagi. Ada aja alasannya.

Kalau memang jago ngumpulin pemain dan sudah punya duit banyak, kenapa dia nggak bikin klub saja kayak David Beckham aja sekalian!

Bilanglah sama si Mino, kau mau main tenang, syukur jadi bintang dan dikenang. Bukan jadi biang kerok yang terus main kayak orang ngorok sampai akhirnya digorok penggemarmu yang mabok. Suruh dia diem, nggak usah nyari-nyari klub berikutnya. Itu nanti, kalau urusan dengan MU sudah beres, dan kamu yang memintanya. Karena yang main itu kamu, bukan dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun