Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (10) Solidaritas di Pabrik

6 Desember 2020   05:30 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:44 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pekerja dewasa mulai berkumpul lebih dekat lalu berbincang dan berdebat soal apa yang akan diminta. Soso sendiri mundur dan bergabung dengan pekerja anak-anak lainnya yang tersisa.

“Kau, ikut sini, sampaikan apa usulmu!” kata Pak Samvel sambil melirik pada Soso.

“Paman semua tahu apa yang harus diminta, karena sudah lama bekerja di sini… kami, anak-anak, ikut saja apa yang diputuskan, termasuk apa yang perlu kami bantu nanti!” jawab Soso.

Soso beneran tak ikut rapat komisi orang dewasa itu. Untungnya aja mereka nggak rebutan dulu pengen jadi pemimpin sidang atau ribut nyariin yang nyembuinyiin palu. Keputusannya juga cepat meski nggak harus sampai voting. Sampai akhirnya seseorang mengumumkan pada semua hasil putusan bersama, terutama soal tuntutan. Intinya, menuntut soal pengobatan, jaminan tidak dipecat bagi yang sakit, dan satu lagi, permintaan agar si Bulac dan bapaknya dipekerjakan lagi nanti. Tuntutan yang terakhir itu cukup mengharukan bagi Soso, ternyata, meski si Bulac dan bapaknya itu minoritas, bahkan tak punya kelompok, pekerja lain juga mengingat nasibnya yang malang. Setelah diputuskan, ramai-ramai pekerja menuju rumah Sergei Kustov untuk menyampaikan tuntutan para pekerja itu. Soso dan pekerja anak lainnya ikut, tapi tidak ikut menemui si Kustov.

Dan benar kata Soso. Sergei Kustov tak berdaya dengan ancaman para pekerja. Ia tak punya pilihan selain memenuhi tuntutan para pekerja itu, meski tak semuanya. Intinya, pabrik mau membiayai pekerja yang sakit, berjanji tidak akan memecat mereka, tapi dua hari tanpa produksi pekerja tak mendapat upah, termasuk juga yang sakit tidak mendapat upah, sampai mereka kembali bekerja. Dan satu lagi,  meski dengan agak enggan, Kustov juga bersedia mempekerjakan lagi si Bulac dan bapaknya. Sementara permintaan si Kustov agar pekerja mulai produksi sebisanya besok –untuk mengejar target—disetujui oleh para pekerja.

Sepulang demo yang sukses itu, Soso mengajak Ogur, satu-satunya pekerja anak Georgia yang masih masuk, untuk menengok keluarga si Bulac. Sayangnya, ia hanya bisa bertemu dengan bapaknya. Si Bulac sendiri tidak selamat!

*****

BERSAMBUNG: (11) Kabar dari Kampung

Catatan: 

[1] Ibukota Azerbaijan sekarang, saat itu juga bagian dari Kekaisaran Rusia

[2] Ibukota Ukraina, juga bagian Kekaisaran Rusia saat itu

[3] Keluar; Rusia

[4] Paman; Georgia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun