Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stalin: (8) Irena Federova

4 Desember 2020   09:09 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:41 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (7) Buruh Pabrik Sepatu

*****

Senin itu, hari yang dijanjikan Mak Imel kepada Soso soal les bahasa Rusia. Soso bergitu bersemangat. Selama kerja pun, Soso selalu bersenandung balaam-balaam[1] yang sering disenandungkan bapaknya dulu saat bekerja. Entah kenapa Soso menyenandungkannya. Mungkin karena senandung itu melekat dalam ingatan bawah sadarnya. Entah kenapa pula Pak Beso sering menyenandungkannya saat itu, entah karena cerita di balik lagu itu, entah karena menyukai iramanya. 

Sepulang kerja, tak seperti biasanya, Soso langsung mandi. Lalu ia berpakaian yang lebih baik dari biasanya. Mak Imel belum pulang seperti biasanya –ia bekerja sebagai penjahit di sebuah mk’eravi[2] milik orang Rusia. Tapi sebelum itu, Soso sudah diberitahu tempat ia akan belajar bahasa Rusia itu. Setelah merasa cukup rapi. Ia pamitan pada Pak Sese yang sedang menikmati pipa rokoknya. Pak Sese hanya mengangguk.

Soso berangkat menyeberangi Sungai Kura, ke tempat dimana pemukiman orang Rusia berada. Guru bahasa Soso, kata Mak Imel, adalah orang Ukraina[3] yang selain fasih berbahasa Rusia, juga bisa berbahasa Georgia dan Armenia, jadi cocok untuk belajar bahasa Rusia bagi anak Georgia sepertinya. 

Soso agak ragu saat berhenti di depan sebuah rumah. Apakah itu rumah yang ditunjukkan Mak Imel atau bukan. Ia celingak-celinguk, sampai akhirnya seorang anak perempuan berwajah manis menatapnya. “Apakah ini rumah Pak Dmytro Federov?” tanya Soso dengan suara yang dilembut-lembutkan. Anak itu mengangguk, lalu berjalan mendekati pintu rumahnya dan masuk.

Tak berapa lama, ia sudah keluar lagi bersama seorang pria yang tampak gagah, mungkin berusia empatpuluh tahunan. “Joseph Vissarionovich?” tanya pria itu sambil menatap Soso.

Soso mengangguk.

“Masuk!” katanya dalam bahasa Georgia. Soso mendekat lalu masuk ke dalam rumah itu. “Tunggu sebentar…” kata lelaki itu sambil berjalan ke dalam rumahnya.

Sementara gadis itu masih berdiri di pintu menatap Soso. Soso meliriknya dengan mata yang agak jelalatan, “Siapa namamu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun