Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (3) Bye-bye Gori!

29 November 2020   09:38 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:34 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Episode Sebelumnya: (2) Aku Benci Rusia

*****

Siapa yang menyangka, anak berandalan yang ibunya hanya pencuci pakaian dan ayahnya pembuat sepatu yang juga pemabuk itu, bisa menggegerkan orang sekampungnya. Bukan karena berantem dengan anak-anak Rusia geng Sotoy --karena ini sudah terlalu biasa, bahkan saking biasanya, kalaupun mereka berkelahi sampai ada yang nyaris mati, tak akan ada orang yang mau merelainya. 

Bukan pula karena suaranya yang ternyata cukup merdu --soal ini banyak yang menyadari, tapi malas mengakui-- seperti saat tampil dalam paduan suara gereja. Bukan pula karena ia ketahuan mengintip gadis-gadis, bahkan emak-emak yang lagi mandi di sungai Kura, satu hal yang sering dilakukannya, dan beberapa kali ketahuan.

Bukan. Bukan karena hal-hal biasa itu. Kali ini tersiar kabar yang bener-bener mengegerkan soal anak itu, Joseph Vissarionovich Djugashvili, alias si Soso, alias si Bopeng, alias si Pengkor; ia mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Seminari Tiflis! Sebagian besar yang mendengarnya nyaris tak percaya.

"Si Soso anaknya Yu Keke tukang cuci pakaian yang sering ngutang di sini?" tanya Yu Zhenvya yang sedang belanja di warung kelontong di ujung Gang Kutaisi.

Yu Svetna, si pemilik warung mengangguk, entah kenapa terlihat ada sedikit kebanggaan, seolah yang dibicarakan itu adalah anaknya sendiri. 

"Nggak nyangka kan? Bayangin aja, emaknya cuma tukang cuci, bapaknya yang pemabok sekarang entah menggelandang di mana. Tiap hari kerjaannya berantem sama anak-anak Rusia. Lah, tiba-tiba dapet beasiswa. Katanya nih Yu, nanti dia dapet uang saku sepuluh rubel sebulannya!" Cerocos Yu Svetna. Bagian ujung, soal duit itu sebetulnya dia denger lima rubel, tapi namanya sedang bergosip, masak iya sih nggak ada yang ditambahin, kan jadinya kurang sip.

"Sepuluh rubel? Sebulan?" Mbok Nikita Kurchev yang sedang memilih-milih kutang impor dari Istambul membelalakkan matanya. "Penghasilan suamiku aja nggak nyampe segitu.. itu aja udah pake banting tulang dan diobrak-obrak biar nggak males kerja.. lah ini, masak cuma sekolah dapet gaji sepuluh rubel!"

"Kok bisa sih?" Yu Zhenvya bertanya lagi seolah masih belum percaya.

"Yaa bisa aja, orang dia dibantuin Romo Christopher Charkviani yang ganteng itu..." jawab Yu Svetna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun