Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (3) Bye-bye Gori!

29 November 2020   09:38 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:34 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*****

Aneh rasanya bagi Soso untuk meninggalkan kampung halamannya itu. Usianya sekarang sudah lewat 15 tahun, dan selama itu hidupnya terkungkung di Gori. Jikapun ia mengenal dunia, jauh-jauhnya hanya Tiflis yang sering diceritakan orang --karena banyak orang Gori yang bolak-balik ke Tiflis untuk berbagai keperluan, terutama belanja untuk diperjualbelikan lagi di Gori. 

Sebagai bekas ibukota Kekaisaran Georgia, dan diturunkan statusnya jadi ibukota provinsi oleh Rusia, sisa-sisa kemegahan Tiflis masih mempesona bagi orang Georgia asli. Tapi, sayup-sayup juga terdengar kemewahan kota-kota lain nun jauh di sana, St. Petersburg, Berlin, London, Roma, Istambul, yang ia baca dari buku-buku yang dipinjamkan Romo Chark.

"Georgia itu kecil So... sementara dunia itu sangat luas. Kau beruntung karena hidup di zaman kebesaran Rusia. Dengan menjadi bagian dari Rusia, kau bisa bepergian kemana saja di wilayah yang besar ini, dari daratan Eropa sampai wilayah jauh dekat China, tempat orang-orang berkulit kuning berada..." kata Romo Chark suatu ketika. 

"Rusia pula yang membawa kita ke arah cahaya. Mereka tidak menjajah kita, mereka menjaga kita dari Otoman. Mereka jaga tubuh kita, dan mereka jaga hati kita dengan keimanan. Besok, mungkin kau akan lebih mengerti soal Rusia, karena kau akan dididik dengan cara Rusia, dan oleh orang-orang Rusia di sekolah itu..."

Nah itu juga yang bikin Soso merasa lebih aneh. Ia benci anak-anak Rusia yang sering mengganggunya itu. Ia mengaku benci Rusia agar dilatih gulat oleh Pak Koba. Tapi, ia justru akan mendapatkan beasiswa dan pendidikan yang dibiayai oleh Rusia dan akan diajar oleh orang-orang Rusia!

"Jangan berburuk sangka dulu tentang Rusia, So..." Romo Chark seolah tahu apa yang dipikirkannya. "Kau hanya benci segelintir orang Rusia saja, hanya pada lima anak itu saja kan? Dan mereka sama sekali tidak mewakili orang Rusia secara keseluruhan. Sebaliknya, orang Rusia itu seiman dengan kita... justru kau harus lebih hati-hati dengan orang Otoman yang kafir, termasuk orang-orang Armenia yang sudah banyak sesat karena mengikuti ajaran agama mereka. Atau, perlu juga kau waspada dengan orang Ebrauli,[3] karena meski terlihat baik, mereka adalah musuh kita.

 Celakanya, habis dijejali soal kebaikan Rusia oleh Romo Chark, ia malah bertemu dengan Pak Koba. "Cieee yang dapat beasiswa Rusia...." sindirnya. Soso hanya mesam-mesem, lalu segera kabur ke kamar Yuri untuk menghindari obrolan tak menyenangkan dengan Pak Koba itu. 

Duh, kalau saja ia tak kangen dengan Bonia, ia males datang ke tempat itu. Soso merasa harus menemui Bonia sebelum ia meninggalkan Gori beberapa hari lagi. Sayangnya, ketika ia berpapasan, Bonia malah melengos dan memalingkan wajahnya. Soso memanggilnya, tapi Bonia malah buru-buru berlalu. Dan ternyata Yuri pun tak ada kamarnya...

*****

Hari itu tiba juga. Bulan Juli 1893, hujan sudah lama tak turun di Gori, dan sudah menjelang masuk musim panas, meski belum sepanas biasanya. Di depan rumah Romo Charkviani terparkir sebuah kereta kuda yang lumayan bagus dengan sepasang kuda berwarna hitam yang cukup gagah. Kereta kuda itu akan mengantarkan Soso ke Tiflis untuk memulai hidup barunya sebagai calon pendeta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun