Mohon tunggu...
Alin Maghfirotika
Alin Maghfirotika Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Kenapa Kita Belum Bisa Memahami Anak?

19 September 2022   00:30 Diperbarui: 19 September 2022   00:40 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Nama: Alin Maghfirotika

NIM: 220108110031

Prodi: Tadris Matematika

KENAPA KITA BELUM BISA MEMAHAMI DAN MENGERTI APA YANG ANAK-ANAK INGINKAN?

Sejatinya kita menjadi orang dewasa atau menjadi orang tua pasti pernah berfikir, kenapa anak saya tidak mau patuh dengan kita? Kenapa anak kita tertutup pada kita? Kenapa anak kita sering kali mengalami overthinking? Kenapa anak kita? Kenapa dengan dia?

Kita sering kali bertanya, ada apa dengan anak kita? Kita selalu mencari kesalahan itu pada diri mereka, hingga kita lupa untuk intropeksi diri kita sendiri. Terkadang kesalahan atau bisa jadi kekurangan yang ada pada diri anak kita itu merupakan kesalahan kita dalam mendidiknya. Apa kurang tegas? apa kurang keras? atau hukuman yang diberikan tidak membuatnya jera dengan kesalahan yang dilakukan?

Bukan disitu masalahnya, justru semakin kita menekan mereka dengan ancaman semakin mereka berfikir untuk memberontak atau tidak patuh terhadap kita. Semakin kita memarahinya atau berkata keras atau hingga berkata kasar kepada mereka, itu akan membuat mereka menyimpannya dalam lubuk hati mereka yang bisa membuat mereka sering overthinking atau memendam segala masalahnya sendiri dan tidak mau atau enggan terbuka kepada kita, tapi masalah yang mereka pendam itu akan menjadi bom waktu yang bisa kapan saja meledak hingga dapat menyerang kita dan juga dirinya sendiri.

Apakah itu bisa disebut salah anak? Tentu saja tidak. Kita yang belum bisa mengerti apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan. Apakah kita bertanya kepada mereka apa yang mereka rasakan Ketika mendapat masalah? Tidak, bahkan kebanyakan dari kita memarahinya jika dia berbuat suatu kesalahan. Anak pasti akan berfikir, bukannya masalahnya terselesaikan malah bertambah, hingga itu membuat mereka tidak mau menceritakan masalahnya.

Kita juga terkadang menanggapi atau memberi solusi kepada mereka dangan cara atau pola pikir orang dewasa, sedangkan mereka masih anak-anak, tentu mereka tidak akan mengerti dan akan membuat kesalahan semakin membesar. Lantas bagaimana solusinya? Kita yang harus bisa menyamakan pola pikir kita dengan pola pikir anak, kita yang harus menyamakan mereka, bukan berarti kita tidak mengajarkan agar mereka arti dari sebuah tanggung jawab dan kemandirian, tapi caranya yang harus dibenahi atau direnovasi sehingga anak akan melakukannya dengan mudah dan bisa diterapkannya jika ada masalah yang dihadapinya lagi. Namun kita juga harus mengontrol perkembangan mereka, semakin berkembang mereka, semakin maju dan berubah pula pemikirannya.

Bagaimana dengan peraturan? Pasti banyak anak dan hampir keseluruhan dari mereka tidak akan suka dengan yang namanya peraturan, karena mereka akan merasa jika hidup meereka itu dikekang, apalagi peraturannya berisi pantangan (hal-hal yang dilarang) semua, pasti mereka lebih jenuh lagi. Lantas bagaimana jika tidak dibuatkan peraturan, mereka pasti semakin tidak terkontrol dalam sikapnya. Pasti kalian berfikir begitu. Tidak ada yang bilang jika kita tidak membuatkan peraturan untuk mereka. Lho katanya anak tidak suka dengan perturan? Iya, mereka tidak suka jika berisi dilarang! Tidak boleh! Itu yang membuat mereka merasa semua pergerakan mereka itu diberikan batasan, tidak diberi kebebasan. Kita bisa menggantinya dengan kata-kata yang bersifat positif bukan negatif.

 Selain penggunaan kata-kata yang negatif mereka juga akan merasa jengah jika peraturannya itu dengan kata-kata yang panjang kali lebar kali tinggi kayak rumusnya balok, mereka akan malas untuk membacanya, apalagi melaksanakannya. Jadi bisa menggunakan kata-kata yang sederhana, yang mudah dipahami, mudah di mengerti, dan yang terpenting singkat. Peraturan ini juga bukan kita sebagai orang tua saja yang membuatkan, tapi persetujuan dua belah pihak, yakni orang tua dan anak. Kita juga bisa menambahkan punishment (hukuman) dan reward (penghargaan) jika mereka melakukan kesalahan atau jika mereka bisa melaksanakan peraturannya. Apakah hukumannya anak akan dimarahin? Atau dihukum fisik? Tentu saja tidak. Jika mereka membuat kesalahan maka kita harus memberinya nasihat, pengertian, dan mengingatkannya jika di awal sudah membuat peraturan, jadi peraturannya seperti perjanjian karena kesepakatan dua belah pihak. Hukuman yang diberikan haruslah mendidik mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun