Mohon tunggu...
Alin FM
Alin FM Mohon Tunggu... Penulis - Mencoba

Mencoba menjadi untuk jadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Childfree, Ketika Tidak Ada Tangis dan Tawa Seorang Anak dalam Mahligai Pernikahan

12 September 2021   03:25 Diperbarui: 12 September 2021   08:41 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Alin FM


Istilah childfree bukan kali ini saja didengarnya. Di barat pemahaman tentang childfree sudah sering lakukan. Pasangan menikah enggan mempunyai anak baik di pihak pria maupun wanita. Bebas dari anak dalam kehidupan rumah tangga dan bisa meraih kebahagiaan dari sumber yang lain.

Alasannya adalah kekhawatiran terhadap ketika mempunyai anak. Dalil sering mengemuka adalah ketidaksiapan mempunyai anak baik secara lahir maupun batin. Terlebih menanggung kerepotan mengurus anak dan ketakutan terhambatnya karir. Menghitung untung rugi ketika mempunyai anak sampai melihat sudah banyak populasi manusia menjadi latar belakang para penganut childfree. Alasan yang paling ekstrim adalah khawatir anaknya jadi santapan para penyuka sesama jenis. Waduh!!

Gagasan childfree ini mengemuka di kalangan milenial. Gagasan yang menginginkan pernikahan tanpa adanya anak. Menyicipi indahnya cinta dalam mahligai pernikahan tanpa kehadiran tangis dan tawa seorang anak. Memilih bebas dari anak dan lebih memilih menyantuni banyak anak terlantar di luar sana.

Para menganut ekstrim childfree malah melihat sosok anak hanya "seonggok daging berjalan" yang harus diurus dengan segala kerepotannya. Repot dengan tangis anak dan merasa bising dengan tawa anak. Tidak melihat bahwa anak adalah sosok yang menyenangkan bahkan membahagiakan.

Lebih memilih gaya hidup bebas tanpa anak. Bisa menikmati dunia sebanyak mungkin tanpa harus ada aktivitas mengurus anak. Pun jika ada kepedulian dengan anak lebih memilih hanya menyantuni anak telantar dari segi materi tanpa perlu memberikan perhatian sepenuh hati. Inilah buah peradaban Kapitalisme liberal yang sedang berlangsung.

Bayangkan jika banyak yang menganut pemahaman ini, justru mengancam kelangsungan generasi selanjutnya. Bayangkan fertilitas sebuah bangsa terganggu. Pasti di masa mendatang, populasi manusia akan mengalami penurunan bahkan "zero" fertilisasi.

Gagasan Childfree sejatinya adalah belum pahamnya para generasi milenial tentang hakikat pernikahan. Bahwasanya menikah adalah ingin menyalurkan naluri melestarikan keturunan dengan cara yang halal. Memberikan cinta terhadap pasangan dan tercipta kelangsungan hidup manusia. Pernikahan adalah memfasilitasi lahirnya anak manusia  melalui jalan yang beradab. Sang Pencipta, Allah SWT menciptakan reproduksi manusia sekaligus memberikan naluri melestarikan keturunan (gharizah nawu'). Sehingga secara alamiah, pasangan yang sudah menikah pastinya ingin memilki anak.

Pernikahan dalam Islam adalah ibadah. Selain itu untuk menyempurnakan separuh agama dan menjalankan Sunnah Rasulullah Saw. Dalam Islam salah satu tujuan pernikahan adalah melanjutkan keturunan. Allah SWT berfirman dalam  surat An Nahl Ayat 72

"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik-baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?"

Selain itu, Allah SWT berfirman  dalam surat Al Fathir ayat 11:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun