Mohon tunggu...
Brilliant Dwi I
Brilliant Dwi I Mohon Tunggu... Freelancer - Memuat Opini yang

Mahasiswa Pendidikan UIN Jakarta | Acap membuat komik di Instagram @sampahmasyarakart | Sedang Belajar Menulis | #SalamAlinea

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Paradigma Conceptual Age dan Kegagalan Pendidikan Kita

4 Maret 2020   09:00 Diperbarui: 5 Maret 2020   09:15 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SD. (Foto: Antara)

Hidup ini penuh pencarian. Sudah dapat A, mau dapat B. Sudah dapat B, mau dapat C. Siklusnya terus berulang sampai tuhan bosan, kemudian menekan tombol Stop. Pencarian ini pun jalannya banyak, panjang, dan berliku. 

Manusia semakin lama tentu semakin berkembang akibat dari pencarian ini. Hingga saat ini, bekal kita sejatinya ada tiga, yaitu ilmu, pengalaman, dan imajinasi. 

Penemuan-penemuan hebat saat ini lahir dari imajinasi sederhana tentang hidup kita yang lebih mudah. Alva Edison dengan lampunya, Nikola Tesla dengan radio dan remote controlnya, Einstein dengan teori relativitasnya, dan masih banyak lagi penemuan serta terobosan-terobosan akibat dari pencarian yang tak kunjung usai bahkan hingga sekarang.

Beberapa dari kita yang hari ini sudah berkeluarga pastinya merasakan bahwa teknologi dan cara kita mengolah informasi terus berkembang. Mulai dari era information age sampai sekarang masuk ke conceptual age. 

Mulai dari Nokia 3310 sampai Iphone yang sekarang sudah menembus tipe ke sebelas. Itu adalah bukti sederhana bahwa pola pikir, wawasan, ilmu, dan imajinasi kita terhadap beberapa hal terus berkembang. 

Tapi, anehnya, selama berdekade-dekade ada yang tidak berubah. Ada yang tetap jalan ditempat semenjak lama sekali. Bahkan mungkin lebih lama dari usia pak Harto menjabat sebelum akhirnya tragedi '98, pak Harto mundur.

Ia adalah model pendidikan kita. Bayangkan, selama satu dekade, Samsung misalnya bisa menghasilkan tiga sampai lima generasi gawai dengan segala macam improvement dan perbaikan lainnya.

Di saat yang bersamaan, bayangkan pula bahwa model pendidikan modern di Indonesia yang hari ini kita anut tidak berubah sedikitpun semenjak KH. Ahmad Dahlan mempelopori model pendidikan itu, saat mendirikan sekolah pertamanya.

Paradigma Conceptual Age dan Posisi Imajinasi

Berubahnya zaman seharusnya juga membawa paradigma baru kepada masyarakat. Sebagai hasil daripada perubahan, itu adalah konsekuensi logis sebagai produk intelektual yang hadir untuk kemudian ditafsirkan dalam segala penjuru kehidupan. Tidak terkecuali pendidikan. 

Hari ini, kita sudah memasuki era yang kita sebut sebagai conceptual age. Era dimana imajinasi dan gagasan adalah sesuatu yang sangat vital dan penting sebagai kunci dari kemajuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun