Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[FF Fabel] Migrasi dan Serangan Mendadak

24 Oktober 2016   15:05 Diperbarui: 25 Oktober 2016   20:25 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#FFFabel
#BelajarBarengFC

 [caption caption="Wereng Batang Cokelat (Sumber: koleksi pribadi)"][/caption] "Wereng Batang Cokelat (Sumber: koleksi pribadi)

"Hayu atuh, Mbu (Ayo dong, Bu). Buruan...," teriak Wiro, tampak tak sabar. Ia adalah salah satu wereng batang cokelat (WBC), penghuni batang padi di sawah milik Haji Akim.

"Sabar atuh, Abah. Nya, ieu Ambu kudu membereskeun endok-endok kita heula (Iya, ini Ibu harus membereskan telur-telur kita dulu). Sok atuh bantuan (Makanya bantuin). Carikeun wadah buat menampung endok-endok ieu (Carikan wadah buat menampung telur-telur ini)." Rea--pasangan hidup Wiro--tak kalah panik saat mendengar teriakan Wiro.

"Euleh, euleh, Ambu (Ya, ampun, Ibu). Kunaon mawa-mawa endok sagala (Kenapa bawa-bawa telur segala)? Antepkeun weh di ditu (Biarkan aja di situ)."

"Kunaon si Abah teh (Kenapa si Bapak ini)? Egois. Ieu kan calon barudak kita, lain punya urang (Ini kan calon anak-anak kita, bukan anak orang). Tega pisan (Tega banget)!" Rea tampak kesal. Napasnya turun-naik menahan gejolak. Bagaimana bisa Wiro berkata seperti itu. Padahal ini adalah calon anak-anak mereka yang pertama.

"Ke heula, Ambu (Tunggu, Ibu). Bukan kitu maksud Abah teh (Bukan gitu maksud Bapak)." Wiro terbang menghampiri Rea, tapi Rea memilih menjauhinya.

"Geus lah (Baiklah), kalo Abah mau pergi juga. Biar Ambu di dieu weh sareng barudak (Biar Ibu di sini aja sama anak-anak)." Rea tetap keukeh, tak mau didekati Wiro. Perlahan ia terbang rendah, mendekati puluhan telur yang besok akan menetas dan menjadi wereng-wereng cokelat kecil yang siap mengambil sari pari batang padi.

"Ambu, ulah ambek kitu lah (Ibu, jangan ngambek gitu lah). Dengerkeun Abah heula (Dengarkan Bapak dulu). Kemaren itu saat Abah keluar sekedar mencari cahaya matahari, Abah teh sempat mendengar obrolan antara PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) sareng Haji Akim. Ambu tahu, mereka ngomong naon (Ibu tahu, mereka ngomong apa)?"

Hening. Rea memilih bungkam.

"Mereka teh hari ini rencananya mau nyemprot kita, para WBC, yang dianggap telah merusak tanaman padi di sawah ini. Ambu ngarti teh artina naon (Ibu ngerti itu artinya apa)."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun