Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Noval] Kopi, Robista, dan Aku

11 November 2019   09:19 Diperbarui: 11 November 2019   09:25 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: suarabali.com

"Selamat sore. Selamat datang di kedai kopi Robista," sapa seseorang... eh bukan, robot saat kulangkahkan kaki memasuki sebuah kedai kopi yang baru saja launching sebulan ini. Kesan pertama yang muncul di kepalaku sudah seperti ini. Pantas saja kedai kopi ini langsung nge-hits dan menjadi trending topic di media sosial.

"Lu tau berapa modal yang harus dikeluarkan si pemilik kedai kopi Robista itu? Nyaris mencapai setengah M, Bro. Coz, untuk membeli robot-robot barista yang mereka namakan Robista itu saja udah merogoh duit dalam-dalam. Dengar-dengar sih mereka memesan langsung dari Jepang saat ada pameran robot di Technomart kemarin itu. Elu sih, diajakin malah marah. Nyesel kan sekarang gak bisa lihat robot-robot canggih yang ada di pameran?"

Tiba-tiba saja omongan Hendra, tetangga sebelah kontrakanku, beberapa hari silam terngiang jelas di telingaku. Maklumlah. Aku ini memang termasuk manusia kudet alias kurang update. Untungnya aku memiliki teman yang gaul dan selalu up to date tentang apapun yang tengah nge-hits dan viral.

"Tuan kenapa bengong? Silakan cari tempat duduk dulu. Di pojok sana masih kosong." Dengan aksen khasnya, seorang robot kembali menyapaku. Segera saja kujawab dengan senyuman dan anggukan, kemudian melangkahkan kaki menuju tempat duduk yang ditunjuk oleh robot tadi.

"Tunggu sebentar, Tuan. Tuan mo pesan apa? Nanti saya buatkan."

"Oh, God. Bisa gila benaran aku di sini. Dari tadi dilayani dan diajak ngobrol oleh para robot," dengusku dalam hati.

Tapi kedai kopi ini memang dipenuhi oleh robot-robot. Satu robot berada di pintu masuk, yang akan menyapa pengunjung yang baru masuk ke dalam kedai. Kemudian, ada dua robot pramusaji. Dan dua robot lagi sebagai barista. Pokoknya, sejauh mata memandang, tak kujumpai seorang... eh, syukurlah, bagian kasir masih dipegang oleh manusia. Fiuh. Akhirnya aku bisa sedikit bernapas lega.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pesananku pun datang.

"Selamat menikmati pesanan Anda, Tuan. Moccalate dan salted caramel pancake." Lagi-lagi aku dilayani oleh seorang robot. Terasa aneh saja bagiku yang terbiasa dilayani oleh sesama manusia.

"Oke, fix. Sepertinya aku akan berpikir ulang untuk datang lagi ke kedai kopi ini," gerutuku, lagi-lagi hanya di dalam hati.

Usai mengucapkan terima kasih, segera saja kunikmati sajian yang ada di depan mata. Dan berhubung aku bukan penggemar fanatik kopi seperti halnya Hendra, makanya aku memilih moccalatte sebagai teman ngemilku sore ini.

Dan saat secangkir moccalatte menyentuh bibirku... sesaat lamanya aku terdiam. Kuresapi betul-betul aroma dan rasa yang tertuang dari minuman yang merupakan perpaduan antara kopi, cokelat, susu cair dan sedikit busa susu ini. Entah kenapa moccalatte yang sedang kunikmati saat ini sangatlah berbeda dengan moccalatte yang biasa kunikmati di kedai kopi lainnya. Sungguh yang ini benar-benar... wow, luar biasa!

Saat menikmati pesanan yang ada di hadapanku ini, tiba-tiba saja mataku dengan asyiknya memperhatikan cara kerja dua robot barista (Robista) yang tengah serius meracik minuman kopi untuk pelanggan. Kuperhatikan betapa telitinya mereka--para Robista itu--menakar, meramu dan sedikit berakrobat ala barista sehingga menghasilkan minuman kopi yang luar biasa enaknya. Tak sia-sia rasanya mengeluarkan investasi yang tidak sedikit hanya untuk menciptakan sebuah kedai kopi yang unik, mewah dan tentunya dapat memanjakan selera para penikmat kopi.

Tanpa sadar aku pun berdiri dan memberikan applous usai menyaksikan dengan mataku sendiri bagaimana cara kerja para Robista tersebut. Tingkahku ini tentu saja mengundang pengunjung lain untuk mengarahkan pandangannya ke arahku. Dan akhirnya, secara serentak kami--para penikmat kopi--pun berdiri dan bertepuk tangan bersama-sama sebagai tanda penghormatan kepada para robot barista yang ada di dalam kedai kopi Robista ini.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun