Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Kuliner] Bubur Ayam Terakhir Ibu

6 Juni 2016   21:52 Diperbarui: 6 Juni 2016   22:07 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hm... Ibu wangi banget pagi ini. Ayah yang mandiin tadi, ya." Segera, Keyla mendekatkan kepala dan mencium pipi keriput Sang Ibu. Ibu hanya tersenyum menanggapi.

"Bu, bubur ini gratis lho. Kata Mang Dirja, semoga Ibu cepat sembuh, ya."

Ibu tiba-tiba saja menangis.

"Ibu kenapa? Ibu pengen cepat sembuh juga, kan?" Sambil menahan perasaannya, Keyla pun segera menghapus bulir-bulir air mata yang menetes di kedua pipi ibunya.

"Makan, yuk, Bu, buburnya. Biar Ibu cepat sembuh." Disedorkannya sesendok makan bubur ayam ke mulut Sang Ibu. Tapi segera ditolak oleh Ibu. 

Ibu hanya menggeleng dan menjauhkan tangan Keyla dari mulutnya.

"Ibu kenapa nggak mau makan? Kan perut Ibu dari tadi belum diisi apa apa?"

Kembali, Ibu hanya menggeleng dan menjauhkan tangan putri bungsunya itu dari mulutnya. Keyla menghela napas. Tiba-tiba saja Ayah sudah berada di dalam kamar dan meminta Keyla untuk tak lagi memaksa Ibu makan.

"Udahlah, Key. Mungkin udah waktunya Ibu--" Ayah membuang muka cepat, menahan buliran air yang hendak jatuh pula.

"Maksud Ayah..."

Ayah tak berkata apa-apa lagi dan segera keluar kamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun