Gusdur Bahagia Dihari Raya Imlek
Gus…
Hari ini, hari raya imlek, hari raya saudara kami umat Tionghoa, dan tiba-tiba saja Aku mengingatmu, bukan karena apa, tapi mengapa?
Gus…
Jika saja bukan karena Engkau, Aku menduga hingga hari ini, Imlek hanya akan hikmat secara personal bagi saudara-saudaraku yang Tionghoa, tak ada perayaan secara terbuka, tak ada pesta meriah,
Gus…
Hari ini, wajahmu banyak terpampang, sebagai sosok humanis, bukan hanya bagi yang merayakan imlek, tapi bagi kami yang merindukan kemanusiaan, dan bagi siapa saja yang anti diksriminasi.
Gus…
Aku menerka, Engkau sedang bahagia disana melihat keadaan ini, lega dengan wasiat yang Kau tinggalkan, Aku melihat Engkau tersenyum dibalik secarik kain merah putih.
Gus…
Aku melihat dengan mata batinku: Engkau disana bersuka cita, sambil menikmati buah kurma dan jeruk mandarin, menyeruput teh krisan, duduk di kursi goyang, mengenakan peci hitam berbaju putih, bersarung hijau, disamping kananmu ada Bung Karno memakai peci hitam, berbaju merah, disamping kiri dan depanmu ada Pak Harto dan Pak Habibie berpakaian kuning dan juga peci hitam, diatas tempatmu bercengkrama aneka lampion memancarkan kemilau cahaya berwarna.
Balikpapan, 12 Februari 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
Puisi Sebelumnya: Senantiasa Hadir. https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/6025dda28ede480a9f534ab2/senantiasa-hadir
Puisi Pilihan Lainnya: Perahuku Tak Sampai ke Samudera. https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/600509e48ede48417b4b1792/perahuku-tak-sampai-ke-samudera