Mohon tunggu...
Alimudin Garbiz
Alimudin Garbiz Mohon Tunggu... Dosen - Berbagi Kebahagiaan, Berbuat yang Terbaik

Dosen Universitas Garut (UNIGA) dan Sekolah Tinggi Hukum (STH) Garut

Selanjutnya

Tutup

Politik

Butuh Perubahan: Rakyat Cerdas Menolak Amplop dan Sembako

5 Desember 2022   07:20 Diperbarui: 5 Desember 2022   07:33 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Alimudin Garbiz (Indonesian Collaborative Institute)

Amplop dan Sembako, adalah cara jadul kampanye membodohi rakyat dan merusak demokrasi  Bukan nasi bungkus atau amplop yang diinginkan rakyat. Hari ini mayoritas masyarakat Indonesia tersadar,  adalah perubahan yang sangat dibutuhkan. Indonesia dikejutkan dengan adanya satu fenomena perubahan sosial di masyarakat dan politik,  di mana rakyat berbondong-bondong untuk mendatangi di manapun Anies Baswedan berada atau kemanapun Beliau pergi, maka rakyat selalu berbondong-bondong untuk menyambutnya.

Ini adalah sebuah fenomena yang sangat luar biasa di mana Anies Baswedan yang awalnya diragukan akan diusung oleh partai politik. Partai Nasdem, khususnya Surya Paloh, dengan gagah berani menyatakan dan mendeklarasikan  Anies Baswedan srbagai calon presiden dari partainya. 

Menjadi sangat dramatis, saat deklarasi ini dilakukan, didetik-detik oknum KPK berusaha mentersangkakan Anies Baswedan tanpa bukti yang mencukupi sebagaimana hasil investigasi Tempo yang juga dengan keberanian luar biasa mengungkap konspirasi jahat tersebut.

Semangat perubahan yang diinginkan oleh rakyat Indonesia tidak dapat ditawar-tawar lagi ini adalah merupakan semangat perubahan yang murni berasal dari hati nurani seluruh rakyat Indonesia.

Siapa yang tak butuh uang, semua manusia butuh uang, Rakyat memang pada saat ini memang banyak yang masih membutuhkan materi untuk menopang kehidupannya. Akan tetapi sebagian besar rakyat sudah berani menolak uang suap. Berani menolak politik uang .

Akan tetapi hari ini rakyat sadar, yang dibutuhkan, adalah sebuah perubahan.  Biasanya rakyat dicekoki dan disuap untuk dapat menjadikan seseorang menjadi pejabat publik baik melalui pemberian uang suap yang terus disebarkan kepada rakyat, pemberian sembako alakadarnya, seakan akan "nyaah ka rakyat" atau mengasihi rakyat. Padahal mereka untuk mengembalikan modal akan melakukan praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Sebelumnya kita dicekoki dengan pernyataan-pernyataan bahwa menjadi politisi itu harus menjadi presiden menjadi anggota dewan menjadi gubernur menjadi Bupati maka itu harus dengan cara menyuap kepada rakyat. Seolah tidak ada cara lain untuk menduduki jabatan-jabatan strategis tersebut. Kita selalu dicekoki jika tidak ikut oligarki maka tidak akan menjadi presiden. Kita selalu di chat di cekoki bahwa kalau tidak bekerja sama dengan para pengusaha hitam yang merugikan bangsa Indonesia maka tidak ada akan modal yang signifikan untuk menjadi presiden.

Hari ini fenomena Anies Baswedan mementahkan asumsi sesat yang terlanjur merasuki otak kita. Anies membuktikan, bahwa dengan modal trust atau kepercayaan rakyat, tanpa dibayar pun, para relawan mampu melakukan konsolidasi dan kerja-kerja ikhlas mengusung Anies Basweda. Tanpa dibayar pun rakyat sanggup menunggu kedatangan Anies Baswedan untuk sekedar bertemu wajah dan bersalaman dengan calon pemimpinnya. Bahkan para relawan ini, terutama Ibu-Ibu yang tergabung dalam berbagai simpul relawan, bahu membahu dengan modal sendiri, udunan untuk menyewa bis mendatangi dimanapun Anies berada.

Melalui deklarasi melalui berbagai kegiatan jalan sehat dan berbagai kegiatan-kegiatan lainnya yang rakyat tidak dipaksa untuk datang melalui amplop ataupun dengan bagi-bagi sembako.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun